kalau ada pergerakan orang yang banyak dan interaksi tinggi, itu artinya potensi penularan suatu wabah menjadi besar, itu hukumnya

Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan kondisi pandemi COVID-19 pascamudik di Indonesia akan sesuai dengan hukum biologi yang terkait dengan perluasan wabah suatu virus.

“Prinsip dari hukum dalam kaitan wabah, kalau ada pergerakan orang yang banyak dan interaksi tinggi, itu artinya potensi penularan suatu wabah menjadi membesar itu hukumnya,” kata Dicky dalam Webinar “Revive Your Immune System In Ramadhan” yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Dicky menuturkan berdasarkan hukum biologi, adanya pergerakan yang dilakukan oleh banyak orang dibarengi dengan tingginya interaksi yang terjadi akan memperbesar potensi penularan suatu wabah seperti COVID-19.

Baca juga: Presiden tetapkan cuti bersama Idul Fitri 29 April dan 4, 5, 6 Mei

Dengan demikian dibutuhkan sebuah langkah yang dapat mengantisipasi terjadinya perluasan wabah yang salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan imunitas melalui vaksinasi baik lewat dosis lengkap, atau penguat bagi pemudik.

“Pemerintah sudah benar ada kriteria orang yang bisa mudik dengan status imunitas atau booster atau menggunakan tes cepat antigen itu sebenarnya cukup. Itu akan mengurangi risiko penularan,” kata Dicky.

Setidaknya langkah tersebut dapat menekan kasus positif dan melindungi masyarakat dari COVID-19. Sebab, masih ada sekelompok orang yang belum melakukan vaksinasi, terkena varian yang sulit dideteksi sehingga berpotensi membawa dan menularkan virus.

Baca juga: Kemendagri minta pemda percepat vaksinasi booster menjelang mudik

Di sisi lain, kata Dicky, pemerintah tidak mungkin dapat membuat kasus menjadi nol terutamanya dalam situasi wabah ataupun angka positivity rate yang masih di atas lima persen secara nasional.

“Ada data serologi survey yang menunjukkan lebih dari 80 persen penduduk kita sudah memiliki antibodi. Artinya kurang lebih 20 persen yang rawan. Itu sebabnya kenapa nanti bisa terjadi potensi lonjakan,” ucap dia.

Dicky mengatakan apabila terdapat kemungkinan penularan COVID-19 setelah mudik akan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan dua tahun terakhir.

Baca juga: Epidemiolog Unsoed: Vaksinasi penguat penting bagi lansia

Namun, dia tetap meminta baik pemudik ataupun pihak keluarga yang dikunjungi tetap melakukan booster agar imunitas terbentuk juga sebagai bentuk ikhtiar selama pandemi masih berlangsung termasuk disiplin menjalankan protokol kesehatan untuk memerangi segala macam varian COVID-19.

Dicky juga mengatakan dengan adanya hukum biologi, seharusnya seluruh manusia bersyukur karena dapat memiliki suatu cara guna terlindungi dari sebuah wabah penyakit.

“Virus ini taat pada hukum biologi dan kita dengan memahami pencegahan melalui protokol kesehatan, dia akan berkurang potensinya dan itu yang akhirnya akan mengurangi potensi lonjakan. Tapi secara umum, akan sulit untuk kita benar-benar katakan tidak ada peningkatan karena ada sekitar 20 persen penduduk yang belum memiliki imunitas,” ujar dia.

Baca juga: Epidemiolog: Pelacakan kasus secara global turun saat hadirnya BA.2

Baca juga: Epidemiolog: Tingkatkan kemampuan deteksi COVID-19 meski kasus menurun

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022