Cianjur (ANTARA News) - Sedikitnya 50 hektar tanaman padi yang siap panen di Desa Munjul, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat diserang hama tikus. Tata Sutisna (34), salah seorang petani setempat kepada ANTARA, Kamis menuturkan, serangan hama tikus telah berlangsung selama hampir dua bulan, sehingga para petani terancam gagal panen. "Kerugian para petani ditaksir mencapai puluhan juta rupiah, dan baru kali ini sawah kami diserang hama tikus seperti ini, " kata Tata. Sementara itu berdasarkan pemantauan ANTARA, persawahan yang paling parah terkena serangan tikus terdapat di Kampung Babakan, Genteng, Rahong, dan Soreang Desa Munjul Kecamatan Cilaku. Hampir semua pesawahan di daerah itu habis disantap tikus-tikus liar. Bahkan hama tikus bukan hanya menyerang padi siap panen, tanaman padi yang masih berumur satu minggu pun tidak luput dari incarannya. Menurut pengakuan para petani, mereka sebelumnya sudah menggunakan berbagai cara guna mengatasi serangan "si monyong" itu, misalnya dengan menyebarkan racun bercampur dedak di sekitar pematang sawah. Anehnya, kata mereka, sawah-sawah yang ditanami racun justru kondisinya malah lebih parah. Hampir semua tanaman padi di tempat itu habis dan menguning akibat batang yang terus digerogoti tikus. Abdul Kohar Zaelani (50), petani asal Kampung Babakan mengungkapkan, kejadian yang menimpa sawah mereka samasekali di luar dugaan. "Serangan tikus terjadi pada malam hari, di saat para petani sedang tidak ada di sawah, dan ketahuannya, ketika di tenggok pagi hari, tanaman padi milik kami hancur berantakan dan tidak mungkin untuk dipanen, " kata Kohar. Didi (40), petani lainnya yang memiliki sawah sekitar satu hektar mengaku terpaksa gigit jari, dan sementara ini tidak ada lagi andalan untuk menghidupi anggota keluarganya yang berjumlah 11 orang. Menurut dia, dengan kejadian itu ia harus menanggung kerugian Rp 2,5 juta. Satu hektar sawah bisa menghasilkan satu ton gabah kering, dan apabila dijual dengan harga gabah kering sebesar Rp250 ribu per kuintal, maka ia biasanya dapat mengantongi uang sebesar 2,5 juta Rupiah. "Namun kali ini saya tak mungkin bisa mendapatkan keuntungan sebesar itu lagi," kata Didi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006