Timika (ANTARA News) - Para karyawan PT Freeport Indonesia meminta Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono turun tangan mengatasi berbagai kasus penembakan oleh orang tak dikenal yang terjadi berangkai sejak Juli 2009 hingga sekarang.

Solichin, seorang karyawan Freeport mengatakan karyawan PT Freeport lelah, capek, stres dan merasa terintimidasi oleh maraknya kasus penembakan itu.

"Kami belum melihat upaya konkret dari aparat keamanan untuk membuka secara terang-benderang masalah ini. Mohon Bapak Presiden SBY memperhatikan masalah ini,"kata Solichin di Timika.

Solichin meminta aparat keamanan tegas untuk membuka kembali akses jalan yang diblokir massa di Mil 27 dan Mil 28 Timika mengingat sekitar 12 ribu jiwa karyawan dana keluarga mereka di Tembagapura saat ini terancam kehabisan stok pangan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya.

Sementara Syamsudin Manja, karyawan Freeport lainnya, mengatakan hingga saat ini karyawan PT Freeport merasa seperti risih lantaran setiap bepergian dari Timika ke Tembagapura selalu dikawal aparat keamanan yang bersenjata lengkap.

Syamsudin menyesalkan ketidakseriusan aparat keamanan dalam mengungkap berbagai kasus penembakan di areal Freeport sejak Juli 2009 yang telah menewaskan delapan orang dan sekitar 40 orang lainnya luka-luka.

"Sudah banyak teman-teman kami yang mati ditembak tapi sampai hari ini tidak ada yang perhatikan masalah ini. Kami minta Presiden, Menko Polhukam, Panglima TNI, Kapolri dan Kapolda Papua untuk perhatikan serius masalah ini," tambahnya.

Syamsudin meminta tindakan nyata dari pemerintah maupun aparat keamanan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di areal PT Freeport.

"Kami minta supaya masalah ini bisa diselesaikan secepatnya, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Apakah pemerintah mau supaya kami semua yang tinggal di Tembagapura ini dibunuh lalu pemerintah baru buka mata," ujarnya prihatin.

Karyawan Freeport lainnya, Wahyu mengatakan saat ini stok obat di rumah sakit Tembagapura dan rumah sakit Waa-Banti menipis. Dia khawatir para pasien yang berobat di kedua rumah sakit itu bakal tidak mendapat layanan kesehatan memadai.

Manajer Departemen Papua Affairs PT Freeport, Silas Natkime juga meminta pemerintah daerah dan pusat membantu menyelesaikan masalah Freeport itu.

"Kami sangat mengharapkan bantuan dari negara agar masalah ini tuntas. Semua orang punya kepentingan dan punya hak untuk hidup. Jangan biarkan aset negara ini dihancurkan," katanya.

Manajer HRD PT Freeport, John Rumainum menambahkan bahwa karyawan Freeport pernah meminta resmi ke Presiden SBY untuk mengatasi berbagai aksi penembakan oleh orang tak dikenal pasca meninggalnya Daniel Mansawan dan Hari Siregar yang dibunuh dan dibakar dalam mobil yang mereka tumpangi di sebuah jalan pada April 2011.

"Ini permintaan dan keluhan kedua yang karyawan sampaikan kepada Bapak Presiden. Mudah-mudahan kali ini ada tindakan konkret untuk mengembalikan rasa aman karyawan PT Freeport," harap John.(*)

E015/B008


(T.E015/B/B008/B008) 18-10-2011 09:26:06

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011