"Indikator yang mudah untuk melihat kemajuan masyarakat ialah jumlah masyarakat Gorontalo yang naik haji. Jika dulu paling banyak hanya 200-300 orang calon jamaah haji asal Gorontalo per tahun namun pada musim haji tahun 2005 telah mencapai 1.000 ora
Gorontalo (ANTARA News) - Gorontalo, yang genap lima tahun pada 17 Februari 2006, mencatat pembangunan pesat di bidang ekonomi berbasis agropolitan hanya dalam hitungan seumur jagung - tiga empat tahun. Secara kebetulan, pesatnya agropolitan Gorontalo itu juga berkat pengembangan tanaman jagung. Berdasarkan UU No. 38 tahun 2001, wilayah Gorontalo dengan penduduk mayoritas muslim, ditetapkan sebagai provinsi, berpisah dari Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai provinsi ke 32, daerah itu secara geografis terletak di antara 0:, 30` - 1:,0` Lintang Utara dan 121:,0` - 123:,30` Bujur Timur. Provinsi muda itu diapit oleh Laut Sulawesi di sebelah utara, Provinsi Sulut di sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, dan Provinsi Sulteng di sebelah barat. Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah sebesar 12.215,45 km2 Perekonomian masyarakat Gorontalo sebelum tahun 2001 boleh dibilang tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di sekitarnya, bahkan di antara provinsi lain di kawasan Indonesia Timur. Berkat tangan dingin Fadel Muhamad, pengusaha kaliber internasional kelahiran Ternate, yang memimpin Gorontalo sejak Februari 2001 sebagai gubernur pertama provinsi itu, perekonomian Gorontalo dan taraf hidup masyarakat mengalami kemajuan penting dilokomotifi produksi jagung. Budidaya jagung memang merupakan andalan masyarakat dan jagung merupakan makanan pokok masyarakat Gorontalo selain nasi. "Indikator yang mudah untuk melihat kemajuan masyarakat ialah jumlah masyarakat Gorontalo yang naik haji. Jika dulu paling banyak hanya 200-300 orang calon jamaah haji asal Gorontalo per tahun namun pada musim haji tahun 2005 telah mencapai 1.000 orang," kata Fadel Muhamad. Pertumbuhan ekonomi Gorontalo meningkat dari 6,7 persen pada 2002 menjadi 7,3 persen pada 2005 sebagai dampak dari meningkatnya areal dan produki tanaman jagung. "Tahun 2000, areal tanaman hanya 34.412 Ha kini sudah 105.258 Ha. Tahun 2000, produksi jagung hanya 76.573 ton melonjak menjadi 451.094 ton pada tahun 2005," kata Fadel dalam seminar International and Workshop on Maize di Gorontalo, Selasa (14/2). Selain itu, pendapatan perkapita melonjak dari Rp1,2 juta pertahun tahun 2001 kini sudah melonjak hingga Rp3,5 juta pertahun. Indikator lainnya, Propinsi Gorontalo telah memiliki Bandara Djalaludin yang mampu dilandasi pesawat B-737-200. Sudah ada dua maskapai penerbangan swasta melayani rute Jakarta-Ujung Pandang-Gorontalo setiap hari. Bahkan, pemerintah Gorontalo akan memperpanjang landasan pacu hingga 3000 m agar mampu dilandasi pesawat berbadan lebar dengan target pada musim haji tahun 2006 Bandara Djalaludin itu dapat menjadi Bandara embarkasi haji. "Calon jamaah haji Gorontalo yang terus meningkat seiring dengan kemajuan sosial ekonominya tidak perlu ke Bandara Makassar. Embarkasi Gorontalo dapat menjadi transit bagi calon jamaah haji Manado, Kendari, dan Palu daripada harus ke Makassar karena lebih dekat dan murah ongkosnya," kata Fadel, mantan Presdir Bukaka yang memproduksi Garbarata (belalai gajah di Bandara) untuk pasar domestik dan internasional, di antaranya Bandara Changi Singapura dan Osaka Jepang. Bukan Tebak-tebakan "Saya pilih jagung sebagai budidaya primadona masyarakat Gorontalo bukan atas dasar tebak-tebakan," kata Fadel. Jebolan Teknik Industri ITB itu mengatakan, jagung terpilih karena punya keterkaitan dengan pola makan dan sejarah budidaya tanaman itu di masyarakat sini. Masyarakat Gorontalo sebenarnya memiliki ragam budidaya tanaman hortikultura. Semua berpotensi untuk dikembangkan, misalnya kelapa, cengkeh, padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan tebu, kata Kepala Dinas Pertanian Gorontalo DR Jamaluddin. Tebu telah lama menjadi tanaman andalan kabupaten Boalemo. Ratusan hektar tanaman tebu dapat dilihat di wilayah Paguyaman dan Tilamuta. Apalagi hasil produksi tanaman tebu rakyat dapat langsung diserap pabrik gula Rajawali yang sudah bercokol sejak 20 tahun lalu, kata Jamal, doktor jagung jebolan IPB itu. Begitu pula dengan budidaya kelapa. Kelapa tumbuh di hampir seluruh wilayah propinsi. Produksi kelapa telah mencapai 70.166 ton. Setelah diolah menjadi bungkil dan minyak kelapa kasar, Gorontalo meraup devisa 11,8 juta dolar AS, kata Jamal, alumnus fakultas pertanian Univ. Brawijaya Malang, Jatim. Akan tetapi, Fadel memilih jagung menjadi tulang punggung perekonomian karena orang Gorontalo telah lama berbudidaya jagung dan menjadikan jagung sebagai makanan pokok, ketika masyarakat lain memilih beras. Selain itu, jagung bukanlah tanaman manja. Jagung bisa tumbuh pada iklim panas dan tidak membutuhkan banyak air. Hal lain yang menjadi pertimbangan, Indonesia ternyata masih impor jagung sebanyak 1,5 juta ton. "Kemana-mana dan kepada siapapun saya bicara soal jagung. Saya ingin orang luar tahu bahwa Gorontalo merupakan daerah produsen jagung sejak keluar dari Bandara," kata Fadel. Tekad kuat itu kemudian direalisasikan dengan melindungi harga jual jagung petani melalui peraturan daerah (Perda) sejak tahun 2003. Sebelumnya, petani mengeluhkan ulah tengkulak yang sering mempermainkan harga jual. Bila harga jual tidak dilindungi, para petani tentu enggan menanam jagung. Setelah Perda keluar, harga jual jagung ditetapkan Rp900/kg. Sebelumnya, harga jagung hanya Rp300 perkg. "Siapa pun harus membeli jagung dengan harga minimal Rp900/kg jika ada yang membeli di bawah harga tersebut dinilai melanggar Perda. Dia bisa ditangkap," tegas Fadel. Sebelum Fadel menjadi Gubernur, ujar Kadis Pertanian Jamaluddin, rata-rata produksi jagung rakyat paling banyak 1,5-2 ton/tahun. Tapi setelah Fadel memprioritaskan jagung dan melindungi harga jualnya, produksi mencapai 4-5 ton, bahkan sampai 8 ton, kata Jamal, orang yang dibawa Fadel untuk mengembangkan bisnis jagung. Dengan hasil panen yang berlipat-lipat, tak sedikit warga yang secara ekonomi kehidupannya bertambah manis. Menurut dia, saat ini petani bisa menyimpan laba bersih Rp3-4 juta. Penghasilan mereka bisa bertambah lagi dari sektor lain, misalnya, dari hasil panen sayuran, cabe, kedelai atau lainnya. Produksi jagung tidak hanya dinikmati petani Gorontalo tapi juga pasar dunia, di antaranya Malaysia, Korsel dan Singapura. Gorontalo telah ekspor jagung 275.000 ton pertahun tadinya cuma 70-80 ribu ton pertahun. Lantaran mutu, jagung Gorontalo dikenal tak hanya di Asia tapi juga Afrika. Jepang belajar budidaya jagung di Gorontalo, bahkan Presiden Gambia datang langsung untuk melihat budidaya jagung di Gorontalo, ungkap Jamal. Melihat pertumbuhan produksi jagung yang terus naik drastis dan peningkatan taraf hidup masyarakat petani Gorontalo, Fadel terus memantapkan langkahnya menjadikan Gorontalo sebagai pusat produksi jagung. Ia menargetkan produksi sebesar 1 juta ton pada 2007. Berbagai langkah ke depan dilakukan antara lain bekerjasama dengan Univ Brawijaya agar hasil-hasil penelitian dan para ilmuwan universitas itu dibawa ke Gorontalo, misalnya adanya mesin pemecah jagung beserta teknisi dan ilmuwannya yang bisa melatih pengusaha jagung di Gorontalo. Dibela Petani Dan Bentor Di Subang, Jawa Barat, belum lama ini, Fadel telah sepakat dengan Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Meneg BUMN Sugiharto dan Dirut PT Sang Hyang Seri Edy Budiono sepakat menyediakan benih padi dan jagung bersubsidi bagi petani agar benih unggul dapat terjangkau dengan harga murah. Selain itu Gubernur Fadel juga akan membagun "Gorontalo International Maize Information Center" (GIMIC) sebagai pusat penelitian dan informasi mengenai jagung di Limboto. GIMIC akan dijadikan pusat koleksi plasma nutfah jagung. Langkah itu membuat Fadel dapat pujian dari dua guru besar pertanian Univ Hasanudin Makassar yakni Prof DR Ambo Ala dan Prof DR Ibrahim Manwan MSi. "Saya merasa bangga dengan provinsi Gorontalo punya gubernur yang memiliki visi ke depan, inovatif dan ide besar," kata Prof DR Ibrahim Manwan MSi. Walaupun sukses membawa kemajuan Gorontalo dengan fokus pengembangan budidaya jagung dengan waktu "seumur jagung", banyak juga pihak yang kurang suka dengan kesuksesan Fadel Muhammad. Massa dari beberapa kader partai politik belum lama ini unjuk rasa menuntut Fadel agar tidak mencalonkan diri sebagai gubernur periode 2006-2011 pada Pilkada pertengahan tahun 2006. Mereka mengusung putra daerah untuk menjadi gubernur Gorontalo. Melihat manuver itu, rakyat, khususnya petani jagung dan pengemudi bentor (becak motor), marah dan melakukan demo tandingan. Ribuan petani jagung dan pengemudi bentor demo di depan kantor gubernur meminta agar Fadel bersedia mencalonkan diri sebagai gubernur Gorontalo untuk periode kedua. Namun hingga kini Fadel belum menyatakan kesediaan untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur provinsi jagung untuk periode kedua. Kita tunggu saja tanggal mainnya.(*)
Oleh Adi Lazuardi
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006