Jadi kebiasaan yang bisa dipertahankan untuk jangka panjang
Purwokerto (ANTARA) - Dokter spesialis paru dr. Wisuda Moniqa Silviyana, Sp.P mengatakan bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat bagi seorang perokok untuk belajar berhenti merokok.
"Momen puasa Ramadhan ini sangat efektif jika dipergunakan sebagai kesempatan untuk belajar berhenti merokok," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Terkait hal tersebut, tambahnya, tekad yang kuat serta keinginan untuk menghentikan kebiasaan merokok juga diperlukan.
"Karena jika di dalam diri seorang perokok belum ada keinginan berhenti tentu saja akan sulit tercapai kondisi berhenti merokok tersebut," katanya.
Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu menjelaskan bahwa ketika seseorang berpuasa maka selain menahan haus dan lapar juga otomatis tidak merokok.
"Seorang perokok yang sedang puasa mau tidak mau akan stop merokok saat berpuasa. Ini menyebabkan berkurangnya kebiasaan merokok sehingga berdampak pula kepada kesehatan paru perokok," katanya.
Baca juga: Dokter Paru: Asap rokok turunkan imunitas
Baca juga: Dokter Paru: Hanya 10 persen perokok tidak mengidap kanker paru
Kondisi tersebut, kata dia, perlu dipertahankan bukan hanya saat bulan Ramadhan namun juga sepanjang tahun dan secara jangka panjang.
"Dengan belajar tidak merokok saat berpuasa diharapkan akan jadi kebiasaan yang bisa dipertahankan untuk jangka panjang, hal ini sangat penting demi menjaga kesehatan paru-paru," katanya.
Sementara itu, dokter Moniqa juga mengingatkan mengenai pentingnya meningkatkan imunitas dan mencegah terinfeksi COVID-19 selama bulan Ramadhan.
"Salah satu caranya adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang saat sahur dan berbuka. Perhatikan komposisi karbohidrat, protein, dan serat dalam porsi makan saat sahur dan berbuka," katanya.
Selain itu, dia menambahkan masyarakat juga perlu menghindari makanan yang banyak lemak dan terlalu manis karena bisa menyebabkan rasa cepat lapar dan kadar gula yang tidak stabil dalam darah.
"Jaga kecukupan cairan tubuh, jangan lewatkan waktu makan sahur dan tetap beraktivitas atau olah raga ringan agar metabolisme tubuh tetap terjaga baik, atur pola istirahat yang cukup," katanya.
Yang juga tidak kalah penting, tambahnya, adalah tetap melakukan protokol kesehatan guna mencegah penularan infeksi dan sudah menjalani vaksin lengkap.
Baca juga: Dokter: Perokok rentan terkena tuberkulosis
Baca juga: PDPI: WHO-FDA tidak rekomendasikan penggunaan rokok elektronik
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022