Jakarta (ANTARA) – Direktur Teknik Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) (Indonesia Re) Delil Khairat menyiapkan sejumlah langkah jangka pendek guna mewujudkan semangat perubahan dan kolaborasi di tubuh BUMN di bidang reasuransi tersebut.


Seperti diketahui, Menteri BUMN Erick Thohir pada Maret 2022 lalu menetapkan Delil Khairat sebagai Direktur Teknik Operasi Indonesia Re.


Selain Delil, pemerintah juga menunjuk Beatrix Santi Anugrah menempati posisi Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi, serta Reza Yamora Siregar sebagai Komisaris Independen yang baru.


Delil mengaku masih melakukan observasi terkait kekuatan dan kelemahan Indonesia Re sebagai perusahaan yang diarahkan pemerintah sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional atau PRN yang akan menopang industri asuransi lokal dan bisa menjadi pemain di kawasan regional Asia Tenggara, bahkan global.


Dia pun mengaku telah berkomunikasi dengan jajaran komisaris, direksi dan berbagai departemen atau divisi untuk memperoleh gambaran tersebut. Selain itu, Delil yang sekitar 20 tahun berkarir di industri asuransi dan reasuransi luar negeri juga mencari informasi dari rekan-rekannya yang masih aktif menggeluti industri asuransi dan reasuransi nasional.


Berdasarkan observasi awal, Delil telah menyiapkan sejumlah langkah jangka pendek dan menengah untuk mewujudkan visi perubahan di Indonesia Re. Namun, dia menegaskan langkah itu akan ditempuh dengan sepengetahuan dan persetujuan Direksi serta Dewan Komisaris.


“Bahkan kemungkinan ada keputusan tertentu yang harus disetujui pemegang saham,” ungkapnya kepada Antara Jumat (1/4/2022).


Delil mengatakan pertama-tama akan mendorong konsolidasi internal di Indonesia Re, di samping penambahan modal dari pemerintah untuk memperkuat kapasitas reasuransi.


“Saya sebenarnya belum menuntaskan observasi saya, tetapi saya sudah bisa mendapatkan gambaran awal bahwa selain dukungan capital dari pemerintah yang tentu perlu membutuhkan langkah tertentu, Indonesia Re juga perlu meningkatkan banyak hal,” jelasnya.


Dalam jangka pendek, kata Delil, konsolidasi internal perlu dilakukan Indonesia Re untuk menyesuaikan strategi dalam menghadapi perubahan yang dialami perusahaan dan industri asuransi nasional.


Pasalnya, dia menilai sejumlah fungsi di Indonesia Re masih belum optimal dan sejumlah fungsi baru dan vital perlu dibentuk untuk memaksimalkan organisasi dan alur kerja sebagai reasuransi yang andal.


“Jadi, dalam short term, saya pastikan langkah pertama adalah konsolidasi internal. Adjust strategi, karena baseline kami berubah dari tahun lalu ke kondisi sekarang. Tantangan mungkin lebih besar dan masalah lebih besar sehingga perlu penyesuaian strategi secara signifikan,” kata dia.


Langkah kedua, ungkap Delil, Indonesia Re perlu bersinergi dan berkolaborasi dengan BUMN lain, khususnya Indonesia Financial Group atau IFG yang bergerak di industri yang sama. Kolaborasi antar perusahaan pelat merah itu diarahkan untuk meningkatkan pengelolaan risiko dan portofolio bisnis secara bersama dan bertahap.


“Tentu ini dilakukan dengan melihat portofolio kami lalu memutuskan langkah-langkah perbaikan,” jelasnya.


Peningkatan kualitas portofolio bisnis Indonesia Re, jelas dia, menjadi langkah prioritas.


Delil mengatakan langkah tersebut akan direalisasikan lantaran saat ini Indonesia Re masih perlu upaya signifikan untuk menjadi PRN yang menopang industri nasional.


Selain kebutuhan modal, Indonesia Re dinilai memerlukan peningkatan kapabilitas, keahlian dan kemampuan berinovasi yang didukung sains yang mengikuti perkembangan global.


“Ketika diberi kesempatan bertemu dengan seluruh insan Indonesia Re, saya katakan perjalanan ke depan menarik, menantang dan memacu adrenalin. Namun, ini juga perjalanan yang tidak nyaman. Ibarat penerbangan, penuh dengan turbulence sehingga semua harus mempersiapkan diri, bersiap mengalami ketidaknyamanan. Ke depan, kami harus nyaman dengan ketidaknyamanan sehinga teman-teman harus agile, artinya tidak alergi dengan perubahan yang cepat, dan cepat beradaptasi.”


Keyakinan Mewujudkan Cita-Cita Indonesia Re


Delil yang merupakan Sarjana Sains di bidang Ilmu Statistika dari Institut Pertanian Bogor (IPB University) mengaku sangat tertarik menerima amanah dari pemerintah untuk membantu Indonesia Re melakukan transformasi sebagai PRN, kendati harus meninggalkan pekerjaannya di Malaysia.


Dengan lebih dari 20 tahun pengalaman di industri asuransi umum dan reasuransi, Delil lebih banyak menghabiskan masa kerjanya di luar negeri. Pada 2007-2010, dia menjabat Treaty Manager Hannover Re di Bahrain, kemudian pada 2010-2014 menjadi Head of Underwriting di ACR Retafakul Berhad di Kuala Lumpur, Malaysia.


Sejak 2014 hingga ditunjuk Kementerian BUMN, Delil mengisi posisi Vice President-Market Underwriter dan Senior Client Manager di Swiss Re Retakaful di Kuala Lumpur, Malaysia.


“Saya tidak menyangka prosesnya [penetapan oleh pemerintah] secepat itu. Namun tentu saya menyambut kesempatan yang diberikan kepada saya sebagai excitement. Walaupun saya pahami ini adalah keputusan yang bukan tanpa risiko,” ungka Delil yang meraih gelar MBA di Graduate School of Management International Islamic University Malaysia (IIUM) pada 2013 ini.


Delil optimistis Indonesia Re bisa berkembang signifikan untuk mendukung pasar dalam negeri dan menjadi pelaku pasar asuransi internasional, setidaknya di pasar Asia Tenggara. Keyakinan itu, jelas dia, semakin besar setelah bertemu dan mendengarkan visi jajaran Komisaris, Direksi dan pemerintah.


Dia mengakui Indonesia Re saat ini belum memiliki kapasitas yang cukup untuk menjadi pelaku asuransi global, tetapi BUMN tersebut dinilai memiliki modal kuat guna mewujudkannya.


“Mudah-mudahan dengan dukungan jajaran Direksi, Komisaris, seluruh insan Indonesia Re, teman-teman di industri asuransi, dan dengan dukungan pemerintah, Insya Allah kita bisa meninggalkan legacy untuk Indonesia Re khususnya, serta bagi industri asuransi nasional pada umumnya,” tegasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022