Bandung (ANTARA News)- Dinas Kesehatan Jawa Barat dan Bio Farma mensosialisasikan imunisasi, mengingat balita di provinsi itu hanya mengikuti program imunisasi berkisar antara 79 dan 89 persen."Seharusnya imunisasi itu tuntas dilakukan 100 persen oleh seluruh balita untuk memutus rantai penularan penyakit campak dan polio," kata dr. Alma Luciati, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jawa Barat ketika ditemui disela sosialisasi bertema "Ayo Imunisasi" di Hotel Aston Primera Pasteur, Bandung, Sabtu.Untuk menyukseskan Kampanye Campak dan Polio yang akan berlangsung serentak di 17 provinsi di Indonesia pada 18 Oktobr-18 November mendatang, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar dan Bio Farma bekerjasama melalui kegiatan "Ayo Imunisasi."
Alma menuturkan, Dinkes Jabar telah melibatkan 9.017 bidan, 7.054 perawat, 4.530 dokter, dan 1.191 dokter spesialis. Jumlah tersebut akan disebar ke 224 rumah sakit di Jawa Barat.
"Untuk vaksin polio, target kami adalah 3.632.455 orang balita berusia 0 sampai 59 bulan. Sedangkan sasaran vaksin campak kami menargetkan untuk 3.081.512 orang balita dari usia 9 hingga 59 bulan," kata Alma.
Dengan pemberian imunisasi ini diharapkan mampu membentuk kekebalan tubuh dan mencapai 90 persen cakupan imunisasi. "Hal ini juga tentu untuk mencetak anak-anak kita agar menjadi generasi yang sehat dan unggul," lanjut Alma.
Seharusnya, setiap anak yang akan masuk bangku sekolah harus sudah terpenuhi kebutuhan imunisasi dasarnya. Namun kenyataannya saat ini, kata Alma, banyak ibu yang takut jika anaknya harus diimunisasi dengan alasan takut sang anak malah mengalami demam tinggi pascaimunisasi.
"Pemahaman ini yang seharusnya diluruskan dan disosialisasikan, bahwa demam pascaimunisasi itu adalah proses. Tidak perlu khawatir," kata Alma.
Jika anak mengalami demam pascaimunisasi, lanjut Alma, orangtua hanya perlu mengompres dan memberinya ASI, jika masih minum ASI.
Imunisasi mampu meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan daya produktivitas tubuh menjadi lebih baik. Selain itu juga mampu memutus mata rantai penularan penyakit dari anak ke anak yang lain, atau orang dewasa.
"Jangan salah, memang virus polio liar sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia, sedangkan di negara lain di Asia masih ada. Untuk itu imunisasi tetap perlu, karena kita tidak bisa menjamin kesehatan orang-orang luar negeri yang datang ke Indonesia," tutur Alma.
Melalui kampanye ini, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi sebagai hak asasi manusia. "Kampanye ini juga dilakukan sekaligus pemerataan imunisasi bagi bayi dan balita," katanya.(ANT-277/Y003)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011