Timika (ANTARA News) - Presiden Direktur & CEO PT Freeport Indonesia Armando Mahler meminta aparat berwenang mengusut tuntas berbagai kasus penembakan yang terjadi di areal PT Freeport sejak 8 Juli 2009 hingga Jumat (14/10) yang menewaskan tiga karyawan PT Puri Fajar Mandiri.
Melalui video confrence dari Tembagapura, Sabtu, Armando mengatakan bahwea dalang berbagai kasus penembakan di areal Freeport harus dicari dan dibongkar hingga tuntas.
"Kalau pelakunya tidak diseret ke meja hijau atau lembaga peradilan maka perasaan karyawan, masyarakat, anak-anak dan ibu-ibu pasti akan tertekan dan takut. Kami karyawan Freeport adalah rakyat Indonesia yang punya hak azasi untuk hidup aman dan tenteram dan dilindungi oleh negara. Mohon aparat berwenang dapat mengusut siapa dalang pelaku teror selama ini," ujar Armando.
Menurut dia, aksi penembakan brutal yang terjadi di areal kerja PT Freeport di Mimika, Papua sejak 8 Juli 2009 hingga saat ini dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Selama periode lebih dari dua tahun itu, katanya, sudah delapan orang karyawan PT Freeport maupun perusahaan kontraktornya dan aparat keamanan yang tewas akibat ditembak oleh orang tak dikenal. Selain itu, sekitar 40 orang lainnya mengalami luka-luka.
Menyikapi kasus teror penembakan yang tak kunjung henti itu, menurut Armando, komunitas karyawan PT Freeport merasa terancam keselamatan diri dan keluarganya.
"Selama ini kami semua bekerja dan berjuang demi negara. Ada 22 ribu karyawan Freeport yang bekerja keras memberikan kontribusi yang cukup besar kepada negara. Sampai kuartal III tahun ini kontribusi PT Freeport untuk negara mencapai 2 miliar dollar AS," jelas Armando.
Ia menegaskan, seluruh komunitas karyawan PT Freeport menyesalkan belum terungkapnya berbagai kasus penembakan yang terjadi selama ini.
"Yang kami sesalkan sejak Juli 2009 sampai saat ini orang-orang yang tidak bertanggung jawab itu belum bisa dihadapkan ke persidangan untuk menjalani proses hukum," tutur Armando.
Keluarga besar PT Freeport, katanya, saat ini dalam situasi berduka cita atas meninggalnya Petrus Ayamiseba, karyawan PT Pangansari Utama saat bentrokan di Terminal Gorong-gorong Timika pada Senin (10/10) dan juga atas meninggalnya tiga karyawan PT Puri Fajar Mandiri di ruas jalan Tanggul Timur menuju Kampung Nayaro, Jumat (14/10) sekitar pukul 15.15 WIT.
Tiga karyawan PT Puri Fajar Mandiri tersebut bersama seorang rekan mereka menumpang mobil pick-up L300 dengan nomor polisi DS 8229 MA sedang melakukan tugas rutin mengambil sampel untuk bahan penelitian geotek untuk menguji daya tahan tanggul penampung sisa pasir tambang atau tailing di wilayah dataran rendah Mimika.
Saat itulah, para karyawan PT Puri Fajar Mandiri diberondong dengan tembakan peluru tajam oleh para pelaku yang belum diketahui identitasnya dari hutan-hutan di sekitar ruas jalan Tanggul Timur.
Seorang karyawan berhasil menyelamatkan diri dengan berlari ke semak-semak di tengah hutan belantara. Setelah bersembunyi selama kurang lebih tujuh jam, karyawan yang dirahasiakan identitasnya itu keluar dari tempat persembunyiannya untuk meminta pertolongan kepada aparat yang tiba di lokasi kejadian.
Yang bersangkutan lalu dibawa dengan panzer ke Klinik Kuala Kencana dan selanjutnya dievakuasi ke Rumah Sakit Tembagapura.
Adapun tiga rekannya yang lain yang diketahui bernama Yana Heryana, Iip Abdul Rohman dan Deden tewas di lokasi kejadian. Jenazah ketiga korban tersebut pada Sabtu sore telah diterbangkan ke Jakarta untuk menjalani proses otopsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Sedangkan dua korban luka lainnya yaitu Pratu Thobias, anggota Yonif 754 Eme Neme Kangasi dan Roy Makalele yang bertugas sebagai securicort PT Freeport.
(E015)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011