Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia memulai perdagangan Senin dengan berhati-hati di tengah pembicaraan tentang sanksi yang lebih banyak lagi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Sementara itu, pasar obligasi terus menyuarakan risiko penurunan pertumbuhan ekonomi sangat cepat (hard landing) bagi ekonomi AS karena imbal hasil jangka pendek melonjak.

Liburan di China membuat perdagangan lesu, dan indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,1 persen. Indeks Nikkei Jepang datar, sementara indeks berjangka S&P 500 turun 0,2 persen dan indeks berjangka Nasdaq tergerus 0,3 persen.

Sementara pembicaraan damai Rusia-Ukraina berlarut-larut, laporan tentang kekejaman Rusia membuat Jerman mengatakan Barat akan setuju untuk menjatuhkan sanksi lebih banyak dalam beberapa hari mendatang.

Menteri pertahanan Jerman juga mengatakan Uni Eropa harus membahas pelarangan impor gas Rusia, sebuah langkah yang kemungkinan akan mengirim harga lebih tinggi sementara memaksa semacam penjatahan energi di Eropa.

Data yang keluar minggu lalu menunjukkan inflasi di Uni Eropa telah melonjak ke rekor tertinggi, menumpuk tekanan pada Bank Sentral Eropa (ECB) untuk mengendalikan harga-harga yang tidak terkendali bahkan ketika pertumbuhan melambat tajam.

"Sepertinya sudah waktunya bagi ECB untuk bertindak," analis di ANZ memperingatkan dalam sebuah catatan. "Sementara ECB akan berhati-hati dalam menaikkan suku bunga, sepertinya ECB harus bertindak lebih cepat untuk menghapus program QE (pelonggaran kuantitatif)-nya."

Federal Reserve AS telah menaikkan (suku bunga) dan terlihat berbuat lebih banyak setelah laporan penggajian Maret yang solid pada Jumat (1/4/2022). Ada banyak pejabat Fed yang akan berbicara di acara publik minggu ini, dengan prospek suara yang lebih hawkish, dan risalah pertemuan kebijakan terakhir akan dirilis pada Rabu (6/4/2022).

"Kami sekarang memperkirakan The Fed akan menaikkan 50 basis poin pada Mei, Juni, dan Juli, sebelum sedikit mengurangi kecepatan dengan memberikan kenaikan 25 basis poin pada September, November, dan Desember," kata kepala ekonom AS Kevin Cummins di NatWest Markets.

"Ini akan membawa suku bunga dana ke wilayah terbatas lebih cepat, dengan 2,50-2,75 persen pada akhir tahun 2022."

Investor bereaksi dengan menekan obligasi pemerintah jangka pendek dan selanjutnya membalikkan kurva imbal hasil karena pasar memperkirakan risiko semua pengetatan ini pada akhirnya akan menyebabkan resesi.

Pada Senin, imbal hasil surat utang dua tahun naik di tertinggi tiga tahun 2,49 persen dan jauh di atas obligasi 10-tahun di 2,410 persen.

Lonjakan imbal hasil telah menopang dolar AS, terutama terhadap yen mengingat bank sentral Jepang (BOJ) bertindak berulang kali minggu lalu untuk menjaga imbal hasil obligasi mendekati nol.

Dolar diperdagangkan menguat pada 122,63 yen dan tidak jauh dari puncak tujuh tahun baru-baru ini di 125,10. Euro melayang ke 1,1041 dolar dan bisa jatuh lebih jauh jika Uni Eropa benar-benar bertindak untuk menghentikan aliran gas dari Rusia, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus".

Indeks dolar terakhir di 98,617, setelah baru-baru ini melambung di sekitar antara 97,681 dan 99,377.

Kenaikan imbal hasil obligasi secara global telah menjadi hambatan bagi emas, yang tidak memberikan imbal hasilnya, dan logam tersebut tertahan di 1.923 dolar AS per ounce.

Sementara itu, harga minyak turun setelah Uni Emirat Arab dan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran menyambut gencatan senjata yang akan menghentikan operasi militer di perbatasan Saudi-Yaman, mengurangi beberapa kekhawatiran tentang potensi masalah pasokan.

Minyak anjlok 13 persen selama minggu lalu - penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun - setelah Presiden AS Joe Biden mengumumkan pelepasan cadangan minyak AS terbesar yang pernah ada.

Brent terakhir dikutip 86 sen lebih rendah pada 103,53 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS kehilangan 80 sen menjadi 98,47 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Asia tergelincir, prospek suram karena Ukraina dan risiko resesi
Baca juga: IHSG diperkirakan menguat terbatas, ikuti bursa saham Asia
Baca juga: Saham Asia gabung dengan kenaikan global usai negosiasi Ukraina-Rusia

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022