Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Ahmad Syafi`i Ma`arif meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar lebih berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa seperti perlunya mempertimbangkan kondisi psikologis dan sosiologis bangsa Indonesia. "MUI mengeluarkan fatwa boleh-boleh saja, tetapi MUI harus bisa membaca `peta` sosiologis bangsa karena bisa menimbulkan bentrokan sosial. Jadi, harus hati-hati," katanya, di Jakarta, Rabu, menjawab pertanyaan wartawan mengenai tindakan kekerasan yang dialami pengikut ajaran Ahmadiyah di Lombok beberapa waktu lalu. Menanggapi usulan agar Ahmadiyah sebaiknya menjadi agama, Syafi`i mengatakan, sebagai wacana hal itu boleh-boleh saja tetapi perlu dikaji secara mendalam. Terkait kekerasan yang dialami pengikut Ahmadiyah di Lombok, ia menegaskan bahwa negara melalui aparat keamanannya perlu memberikan perlindungan terhadap mereka. "Sebagai wacana boleh saja tetapi jangan diikuti dengan tindakan kekerasan. Jangan menindas. Orang Ahmadiyah di Lombok kan jadi terusir. Itu tidak bisa dibenarkan dari segi apa pun, baik ajaran Islam, nilai-nilai Pancasila, maupun sisi kemanusiaan," katanya. Sebagai wacana, lanjut Sya`ii Ma`arif, biarkanlah ajaran Ahmadiyah itu berkembang karena dalam Islam sendiri ada sekitar 400-an aliran, dan bahkan ada yang lebih "seram" (menyimpang.red) dari Ahmadiyah. "Tetapi jangan ditindas," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006