Jakarta (ANTARA News) - Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo memperkirakan laju inflasi sampai akhir tahun ini mencapai 4,7 persen atau di bawah perkiraan sebelumnya 5 persen.

"Tahun ini, inflasi kemungkinan bisa 4,7 persen. Tahun depan 4,9 persen, itu sudah memperhitungkan dampak kenaikan tarif dasar listrik 0,25 persen," kata Perry di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, perkiraan inflasi yang rendah didasarkan perkiraan inflasi Oktober-November yang masih bisa dikontrol, serta faktor musiman yang tidak terlalu besar pengaruhnya.

Sementara untuk inflasi 2012, diperkirakan lebih rendah dibanding tahun ini karena faktor turunnya pertumbuhan ekonomi nasional, namun faktor rencana kenaikan TDL membuat inflasi 2012 akan lebih tinggi dibanding 2011.

Faktor perkiraan inflasi yang rendah di bawah lima persen pada tahun ini dan tahun depan inilah, lanjut Perry, yang mendasari BI menurunkan BI rate dari 6,75 persen menjadi 6,5 persen pada Selasa lalu.

"Dari sisi justifikasi sangat kuat bahwa dengan melihat tren inflasi ke depan, pertumbuhan ekonomi ke depan. Ada rasionalitas yang kuat mengenai penurunan BI rate," katanya.

Kebijakan berani BI ini diakui Perry membuat pasar keuangan terkejut karena merasa waktu pelaksanaannya tidak tepat akibat kondisi pasar yang sedang terkena tekanan eksternal.

"Justru kebijakan ini memberikan keyakinan kepada pasar, bahwa komitmen BI kuat seperti leadership yang sudah dilakukan pada September lalu, bahwa kita percaya diri untuk menstabilkan pasar. Itu kemarin reaasi pasar baik," katanya.

Menurut Perry, tren suku bunga menurun tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi negara-negara kawasan, karena terdorong perekonomian global yang akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.

"Tekanan inflasi juga lebih rendah. Wajar kalau tren suku bunga akan menurun. Apakah masalah timing, magnitude, tergantung negara-negara bersangkutan," katanya.

Dengan kondisi seperti ini, maka investor akan menahan obligasi dan surat berharga yang mereka pegang karena harganya sedang rendah, dan akan berusaha mencari tempat baru untuk menanamkan dananya di tempat lebih menguntungkan seperti yang terlihat di pasar keuangan Indonesia belakangan ini. (D012/R010)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011