Sikapi dengan penuh kebijaksanaan, berdasarkan ilmu dan tanggung jawab keumatan.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid menilai terjadinya perbedaan penetapan awal Ramadhan 1443 Hijriah harus dijadikan sebagai penguat sikap beragama yang toleransi dan moderat.
"Ini juga untuk mengokohkan ukhuwah di antara umat Islam dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika," kata Hidayat Nur Wahid melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Oleh karena itu, ia meminta adanya perbedaan penetapan awal Ramadhan tidak dijadikan sebagai ajang kekisruhan yang bisa memecah belah umat. Apalagi, hal itu sampai mengganggu khusyuknya ibadah puasa.
Baca juga: Pemerintah tetapkan awal Ramadhan jatuh pada Minggu
Setelah dua kali Ramadhan umat Muslim terkendala melaksanakan ibadah akibat pandemi COVID-19, maka saat COVID-19 melandai, dan kebijakan dilonggarkan, seharusnya penentuan awal dan akhir Ramadhan disikapi dengan hal yang konstruktif, kata dia.
"Sikapi dengan penuh kebijaksanaan, berdasarkan ilmu dan tanggung jawab keumatan," ujarnya pula.
Menurut dia, apa pun metode yang digunakan untuk menentukan awal Ramadhan, semua pihak memulai ibadah puasa wajib pada 1 Ramadhan 1443 Hijriah. Baik itu yang bertepatan dengan 2 April 2022 Masehi misalnya di Arab Saudi, Mesir, Australia, Amerika Serikat, dan Muhammadiyah.
Maupun yang bertepatan dengan 3 April seperti Indonesia (MUI/NU), Malaysia, Brunei, China, dan Maroko. Oleh karena itu, perbedaan yang terjadi harus disikapi secara proporsional dan dihormati, sebagai wujud toleransi beragama, moderasi, inklusifitas serta kebersamaan.
Ia juga mengingatkan Pemerintah melalui Kementerian Agama untuk memfasilitasi perbedaan tersebut dengan tetap mengundang seluruh pihak yang kompeten. Sebagai contoh Muhammadiyah dengan metode ijtihadnya dalam penentuan awal/akhir Ramadhan.
Hidayat yang juga anggota Komisi VIII DPR RI tersebut mengajak masyarakat khususnya umat Islam untuk menjadikan Ramadhan sebagai bulan menguatkan solidaritas dan soliditas keumatan serta kebangsaan.
"Wujudkan pelayanan saling membantu sesama umat dan rakyat. Hal yang sangat dinantikan rakyat yang lagi kesusahan akibat COVID-19 maupun karena kenaikan harga sembako, BBM hingga pajak," ujarnya pula.
Baca juga: Anggota DPR imbau beda awal puasa Ramadhan tak perlu diperdebatkan
Baca juga: MUI: Jadikan perbedaan awal puasa Ramadhan sebagai rahmat
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022