Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2005 sebesar 5,60 persen lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi 2004 sebesar 5,05 persen. Kepala BPS, Choiril Maksum, di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pertumbuhan PDB terjadi di hampir semua sektor ekonomi, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,97 persen, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,59 persen dan bangunan 7,34 persen. Sektor keuangan tumbuh 7,12 persen, listrik, gas dan air tumbuh 6,49 persen, jasa-jasa tumbuh 5,16 persen, industri pengolahan 4,63 persen, pertanian 2,49 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian 1,59 persen. Secara triwulanan, pertumbuhan triwulan IV 2005 dibandingkan dengan triwulan III 2005 menurun atau minus 2,18 persen, sementara pertumbuhan triwulan IV 2005 dibanding triwulan IV 2004 mencapai 4,90 persen. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 2005, didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga 3,95 persen, konsumsi pemerintah 8,06 persen, pembentukan modal tetap bruto 9,93 persen, ekspor 8,60 persen dan impor 12,35 persen. Dijelaskan Maksum, dari sisi penggunaan sebagian besar PDB digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga sebesar 65,41 persen, konsumsi pemerintah 8,24 persen, pembentukan tetap bruto atau investasi fisik 21,97 persen serta ekspor 33,54 persen dan impor sebesar 29,21 persen. Sedangkan PDB per kapita pada tahun 2005 mencapai Rp12.450 dengan laju peningkatan 19,11 persen dibanding PDB per kapita 2004. Sementara Produk Nasional Bruto (PNB) juga meningkat 19,53 persen dari Rp10.091 pada tahun 2004 menjadi Rp12.061 pada tahun 2005. PDB lebih banyak terjadi di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sebesar 83 persen dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) 17 persen. DI KBI tiga propinsi terbesar yang menyumbang PDB adalah DKI Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Sedangkan di KTI, kontribusi terbesar dari Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006