Anggota Tim Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Batu, Simon Purwo Ali, Jumat, mengemukakan, dugaan itu berdasarkan hasil deteksi awal yang dilakukan di sekitar lokasi kebakaran di petak 227 lereng utara Gunung Panderman.
Simon mengatakan, kobaran api yang sulit dijinakkan juga diakibatkan karena di sebagian besar ilalang di kawasan itu kering akibat kemarau berkepanjangan.
"Selain faktor kemarau, bisa saja kebakaran terjadi akibat putung rokok yang dibuang orang sedang berkemah atau pendaki Gunung Panderman," katanya.
Menurut Simon, kebakaran yang melanda sekitar puluhan hektare lahan di Gunung Panderman sejak Kamis (13/10) sore, bukan pertama kali terjadi. Kejadian serupa pernah berlangsung pada Juni 2008 dan menyebabkan lereng barat Gunung Panderman seluas dua hektare hangus.
Simon menjelaskan, lokasi hutan yang terbakar saat ini merupakan lahan yang banyak ditumbuhi ilalang dan rawan terjadi kebakaran pada saat kemarau.
Sementara itu, tokoh masyarakat wilayah Gunung Panderman Saifuddin Zuhri mengatakan, kebakaran yang terjadi kali ini akibat kelalaian manusia sekitar gunung yang tidak bisa menjaga lingkungannya.
"Kebakaran juga diakibatkan kurangnya kepedulian Pemkot Batu untuk menjaga Gunung Panderman," katanya.
Kendati demikian, ia masih bersyukur karena kebakaran tersebut tidak sampai meluas hingga permukiman warga yang jaraknya masih sekitar 1,5 kilometer.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pemadam Kebakaran Kota Batu Santoso Wardoyo mengatakan, kebakaran di lahan Gunung Panderman terjadi sejak Kamis (13/10) sore dan hingga kini belum bisa dipadamkan.
Kobaran api yang sempat mengecil, tiba-tiba kembali membesar pada Jumat karena masih ada sisa-sisa bara api yang tertiup angin dan menyambar ilalang kering.
"Oleh karena itu, warga dan tim Tagana hari ini naik lagi ke lokasi untuk memadamkan api," katanya.
(T.KR-MSW/D010)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011