Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi biro perjalanan wisata Indonesia (Asita) sampai saat ini masih merasakan banyak kendala dan kesulitan dalam menggarap pasar wisata Korea Selatan.
"Korea Selatan boleh jadi memang potensial tapi kami belum mampu optimal menggarap pasar itu karena mereka cenderung memiliki budaya kerja yang sangat tinggi," kata Ketua Bidang Humas Asita Chapter DKI Jakarta, Jongky Adiyasa, di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan dibandingkan dengan Jepang, masyarakat Korea Selatan cenderung belum terlampau tertarik untuk melakukan perjalanan termasuk melancong ke Indonesia.
Belum banyak masyarakat negara itu yang tertarik atau bahkan tahu tentang Indonesia karena sebagian besar dari mereka cenderung memilih liburan ke Amerika Serikat dan Eropa.
"Ini menunjukkan potensi Korsel belum bisa mengalahkan potensi Jepang yang warganya sudah memiliki budaya bahwa liburan adalah hal penting kedua setelah makan," katanya.
Jepang, kata dia, juga sudah memiliki kesadaran untuk memilih berwisata ke destinasi yang berbau alam dibandingkan ke Amerika Serikat dan Eropa.
"Masa-masa mereka untuk berwisata ke negara-negara itu sudah lewat sekarang masyarakat Jepang cenderung berpaling ke negara-negara yang mempunyai destinasi wisata alam yang indah termasuk Indonesia," katanya.
Sedangkan Korea Selatan sampai saat ini belum memiliki kecenderungan untuk itu meskipun sudah mulai ada turis asal negeri Winter Sonata itu untuk berwisata ke Indonesia di segmen bulan madu, golf, dan leisure.
Jongky meminta pemerintah untuk mendukung sektor swasta melakukan promosi yang lebih gencar di pasar Korsel.
"Bisnis ke bisnis harus diperkuat dan promosi harus digencarkan kalau tidak ingin kalah dengan negara-negara kompetitor kita yang lain," katanya.
Sementara itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) pada 2011, menempatkan Korsel dalam enam besar negara penyumbang wisman terbesar ke Tanah Air.
Bahkan target kunjungan wisman dari negeri ginseng itu sempat dinaikkan dari target awal 306.000 orang hingga 360.000 orang selama 2011.
Kementerian itu juga mencatat dalam semester pertama 2011, sudah sebanyak 146.831 wisman Korsel yang melancong ke Indonesia.
Jumlah itu melonjak signifikan dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 274.999 orang dalam satu tahun.
Pemerintah menyimpulkan fakta-fakta itu menandakan bahkan arus wisman Korsel nyaris tidak terpengaruh resesi global seperti halnya Jepang, AS, dan negara-negara di Eropa. (H016)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011