Penurunan ekspor berkisar antara satu atau dua persen saja

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan bahwa krisis ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa mempengaruhi kinerja industri tekstil Indonesia.

"Tentu saja itu berpengaruh, kan kita anggota masyarakat global, kita bertransaksi ekonomi dengan seluruh negara di dunia, jadi kalau ada yang kena krisis, kita juga kena dampaknya," kata Ade Sudrajat di Jakarta, Jumat.

Menurut Ade, dampak yang paling terasa adalah menurunnya jumlah ekspor walaupun tidak signifikan. "Penurunan ekspor berkisar antara satu atau dua persen saja, tidak terlalu besar."

Lebih lanjut Ade menjelaskan ekspor yang turun adalah ekspor ke AS dan Uni Eropa. AS adalah tujuan utama ekspor tekstil Indonesia dengan kontribusi 36 persen dari total ekspor. Sedangkan ke Uni Eropa sekitar 14 persen.

Namun demikian, Ade mengatakan hal ini tidak akan memunculkan kemungkinan meluasnya pemutusan hubungan kerja (PHK) seperti yang terjadi pada krisis ekonomi pada tahun 1998 lalu.

"Tidak akan ada PHK masal, cuma mungkin beberapa industri akan mengurangi jam lembur dan hari kerja karyawan terkait dengan berkurangnya produksi," kata dia.

Ade mengatakan kondisi industri tekstil Indonesia saat ini sedang naik walaupun AS dan Eropa sedang mengalami krisis ekonomi. Namun Ade mengingatkan agar para pelaku industri tekstil tetap waspada dengan krisis yang terjadi di kedua benua tersebut.

Ia menjelaskan, pada 2010, ekspor produk Tekstil dan Produk Tekstil (PPT) Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$ 4 miliar dolar AS, dan ke Uni Eropa mencapai 1,8 miliar dolar AS.

(SDP-09/B013)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011