Kami menyoroti pentingnya pengembangan vaksin sebagai dasar untuk menetapkan perlindungan kekebalan pada ikan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan bersinergi dengan pihak Norwegia dalam mengatasi penyakit ikan yang kerap ditemui dalam pembudidayaan perikanan di Indonesia, sehingga diharapkan dapat mempercepat terobosan program perikanan budi daya berkelanjutan nasional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, menyatakan bahwa wabah penyakit ikan adalah kejadian luar biasa sebagai serangan penyakit ikan dalam suatu populasi pada waktu dan daerah tertentu yang dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi, sehingga untuk menjaga produksi ikan tetap berkelanjutan masalah penyakit ikan harus dikuasai para pembudi daya.
Upaya pencegahan yang dilakukan pihaknya, menurut Tebe, sapaan akrab Tb Haeru Rahayu, salah satunya dengan mengadakan Workshop (Lokakarya) Pengendalian Penyakit dan Metode Diagnostik untuk Pegawai KKP.
"Penanganan penyakit ikan dilakukan oleh pembudidaya ikan terhadap ikan sakit atau terduga sakit. Dengan dilaksanakannya workshop maka diharapkan penanganan penyakit ikan dapat dilakukan dengan pencegahan, pengobatan, pemusnahan dan pemulihan sebelum penyakit ikan semakin meluas. Pegawai KKP yang bertugas dalam hal penanganan dan mendiagnosis penyakit harus mumpuni sehingga dapat memberikan pendampingan teknis kepada para pembudi daya agar menjaga hasil produksinya aman dari berbagai ancaman serangan penyakit,” papar Tebe
Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Gemi Triastutik saat pembukaan kegiatan menyampaikan, lokakarya tersebut merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan pelatihan mengenai penyakit ikan yang diselenggarakan di Norwegia beberapa tahun lalu, yang melibatkan pengajar dari Universitas of Tromso (UiT) dan Norwegian Life Science University (NMBU)
Minister Counsellor Royal Norwegian Embassy in Jakarta, Bjornar Dahl Hotvedt menerangkan perikanan budi daya di Norwegia, khususnya budi daya ikan salmon sangat berkembang pesat, sehingga menurutnya banyak negara yang ingin belajar dari Norwegia untuk mengembangkan perikanan budi daya, termasuk mengenai cara melestarikan lingkungan dengan menjaga kualitas air.
Dia mengatakan, salah satu kunci sukses dalam masalah perikanan budi daya, adalah penanggulangan masalah kesehatan ikan, dengan tetap menjaga kualitas air. Untuk mewujudkan hal tersebut, dia mengatakan Norwegia sudah tidak lagi menggunakan antibiotik sehingga produksi ikan salmon di Norwegia sangat meningkat tajam.
"Saya juga berharap, Indonesia juga bisa mengembangkan dan meningkatkan produktivitas perikanan budi daya, dengan mengendalikan penyakit ikan seperti yang dilakukan di Norwegia," kata Bjornar.
Pihaknya mengaku merasa bangga, Norwegia bisa berperan membantu Indonesia dalam masalah pengendalian penyakit ikan.
Pakar perikanan Norwegian University of Life Sciences (NMBU), Prof Oystein Evensen juga menerangkan, masalah penyakit ikan yang sering dihadapi para pembudidaya antara lain adanya bakteri, virus, dan parasit pada tubuh ikan. Dengan demikian, untuk menjaga kekebalan ikan agar bisa tumbuh dengan baik salah satunya dengan memberikan vaksin.
“Kami menyoroti pentingnya pengembangan vaksin sebagai dasar untuk menetapkan perlindungan kekebalan pada ikan,” kata Prof. Evensen.
Menurutnya, data yang dihasilkan sejauh ini menunjukkan bahwa antibodi berpotensi menjadi cara paling andal untuk menambah kekebalan penyakit pada ikan. “Kita dapat memprediksi, bahwa kemanjuran vaksin menjadi masa depan pada akuakultur, sehingga bisa dikembangkan untuk keberlangsungan perikanan budi daya,” paparnya.
Baca juga: KKP-Universitas Miyazaki Jepang kerja sama bidang keamanan pangan ikan
Baca juga: KKP susun daftar penyakit ikan berbahaya demi jaga kualitas ekspor
Baca juga: KKP perkuat sinergi tangkal masuknya hama ikan di perbatasan
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022