Islamabad (ANTARA News) - Pakistan mengatakan, Kamis, mereka telah menggagalkan rencana serangan teror besar di kawasan pemerintahan di Islamabad, yang menjadi tempat kedutaan-kedutaan besar Barat, parlemen, kepresidenan dan markas intelijen ISI.
Menteri Dalam Negeri Rehman Malik mengatakan, rencana itu terbongkar setelah pihak berwenang menyita sejumlah besar senjata dan amunisi dalam penyerbuan di sebuah rumah di daerah pinggiran Chatta Bakhtawar pada akhir pekan, lapor AFP.
"Sebagai hasil dari langkah-langkah pengamanan ketat di ibu kota federal, sejumlah rencana teroris besar digagalkan," katanya kepada wartawan.
"Teroris ingin menyerang tempat-tempat tertentu di Zona Merah (kawasan pemerintahan yang dijaga sangat ketat) dan markas sebuah badan elit," tambah Malik.
Zona Merah adalah sebuah kawasan dimana terdapat kedutaan-kedutaan besar asing, hotel bintang lima, kantor-kantor presiden dan perdana menteri, serta markas badan intelijen utama Pakistan ISI (Inter-Services Intelligence).
Polisi mengatakan, mereka menangkap dua tersangka Sabtu setelah menemukan simpanan senjata yang mencakup 16 roket, 12 granat tangan, empat rompi bom bunuh diri dan 90 dos obat yang diduga akan digunakan untuk mencuci otak pembom potensial.
Kepala kepolisian Islamabad Bani Amin tidak menyebutkan jati-diri orang-orang yang ditahan, menunggu hasil penyelidikan dan interogasi lebih lanjut.
Serangan-serangan bom yang dituduhkan pada Taliban dan jaringan yang terkait dengan Al-Qaida yang bermarkas di kawasan suku baratlaut Pakistan menewaskan lebih dari 4.700 orang sejak pasukan menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian kelompok garis keras di Islamabad pada 2007.
Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaida melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.
Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober 2009, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.
Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.
Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaida dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.
AS menyebut kawasan suku Pakistan sebagai markas global Al-Qaida dan salah satu tempat paling berbahaya di Bumi.
Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan lebih dari 20 serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei.
Penyerbuan AS terhadap tempat Osama itu telah membuat malu dan marah militer Pakistan dan menambah ketegangan antara kedua negara tersebut.
Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.
Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011