Jakarta (ANTARA News) - Badan PBB untuk urusan pangan FAO (Food and Agricultural Organization) Indonesia dalam memperingati hari pangan sedunia yang jatuh pada 16 Oktober 2011 mengajak para pemimpin dan pemangku kepentingan untuk menyoroti dan mencari solusi terhadap persoalan ketahanan pangan dan gejolak harga pangan.

"Berdasarkan laporan FAO ada 900 juta orang di dunia yang kekurangan pangan dan sekitar 570 jutanya hidup di wilayah asia pasifik termasuk Indonesia," kata FAO Representative ad interim Indonesia James Mcgrane dalam acara media gathering di kawasan Thamrin, Jakarta.

Di antara tahun 2005 dan 2008 harga pangan melonjak tinggi dibanding 30 tahun terakhir ia mencontoh harga beras yang melonjak hingga 161 persen.

Berdasarkan data bank dunia 2010 dan 2011 meningkatnya harga pangan dan gejolak harga pangan (food price volatility) menyebabkan orang jatuh dalam kemiskinan.

"Di tingkat individu mereka yang hidup dengan pendapatan yang kurang dengan 1.25 dolar AS, harus mengurangi jatah pangan mereka." katanya

Di tingkat global, FAO juga membuat program "Telefood" untuk memobilisasi keluarga-keluarga di pedesaan untuk mendapatkan manfaat dari proyek yang ada dengan cara meningkatkan produksi pertanian.

Ketua panitia peringatan hari pangan sedunia di Indonesia Banun Harpini mengatakan bahwa perayaan hari pangan sedunia ke 66 akan diselenggarakan di Bone Bolango Propinsi Gorontalo pada tanggal 20 sampai 23 oktober 2011.

"Provinsi Gorontalo dipilih karena adanya komitmen yang kuat dari pemerintah setempat dengan meningkatkan pertanian dan menjaga stabilitas harga jagung." katanya. Selain itu Gorontalo dinilai juga peduli dengan pengembangan Jagung sebagai pengganti beras.

Acara peringatan hari pangan sedunia rencananya akan dibuka oleh wapres RI,dan sekaligus juga akan diresmikan monumen jagung raksasa yang dibangun dari jagung setinggi 13 meter dengan diameter 2 meter.(yud)

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011