Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah memberikan perhatian lebih kepada wilayah perbatasan, terutama dari segi kesejahteraan, demi menjaga kedaulatan negara.
"Pemerintah tidak boleh lelah untuk terus meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama yang ada di daerah terpencil, daerah yang sebenarnya justru kaya sumber daya alam," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Jakarta, Kamis.
Dikatakannya, terulangnya sengketa perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan memang memprihatinkan dan harus segera diselesaikan, namun di sisi lain juga harus dijadikan introspeksi.
Menurutnya, pergeseran patok perbatasan Indonesia - Malaysia tidak menutup kemungkinan terjadi bukan atas kesalahan negara tetangga yang ingin memperluas wilayahnya, namun bisa jadi karena alasan kesejahteraan di wilayah Indonesia sendiri.
"Jangan juga buru-buru menyalahkan Malaysia. Bisa saja patok itu digeser oleh orang Indonesia sendiri yang ingin menjadi warga negara Malaysia, karena memang di sana bisa lebih sejahtera," katanya.
Selain meningkatkan kesejahteraan penduduk wilayah perbatasan, menurut Said Aqil, pemerintah juga harus mempertegas kepemilikan wilayah negara, antara lain dengan mendirikan bangunan permanen sebagai penanda batas wilayah dengan Malaysia dan negara tetangga lainnya.
"Perbatasan Libya dan Maroko itu jalan raya mulus, bisa dilalui oleh warga kedua negara. Kalau seperti itu kan tidak bisa lagi digeser-geser seperti hanya sebuah patok, yang secara bentuk memang sangat rawan dilakukan perubahan posisi," katanya.
Berdirinya bangunan permanen seperti jalan raya sebagai penanda batas wilayah, lanjutnya, tidak hanya menjadi patok yang kokoh, namun juga akan memudahkan dilakukannya patroli pengamanan yang diakui menjadi penyebab lain terulangnya sengketa perbatasan.
Sebelumnya, anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengatakan terjadi pencaplokan wilayah Indonesia oleh Malaysia di Tanjung Datu dan Camar Bulan, Kalimantan Barat. Sekitar 1.400 hektare tanah Dusun Camar Bulan dan 80 ribu meter persegi di pantai Tanjung Datuk dicaplok Malaysia.(ANT)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011