"Dengan prinsip kita, Bhinneka Tunggal Ika, kita adalah orang-orang yang mengikrarkan bahwa perbedaan yang ada harus menjadi suatu hal yang menyatukan kita semua. Perbedaan adalah kekuatan, perbedaaan adalah semangat kita menuju kemajuan bersama," kata Yenny Wahid saat gala premier kampanye Salam Forum di Djakarta Theater, Jakarta, Jumat.
"Modal kita besar sebagai heterogen untuk bisa mempraktikkan toleransi, karena sejak kita lahir sudah dikelilingi oleh keragaman. Tetangga kita bisa saja beda etnisnya, beda agamanya, beda dialek lokalnya," lanjut dia.
Baca juga: Yenny Wahid: Hidup Penuh Lemon gambaran wanita tangguh hadapi pandemi
Baca juga: Yenny Wahid ajak anak muda edukasi lingkungan agar berpikir kritis
Sayangnya, menurut Yenny, masih banyak ungkapan kebencian yang didasari baik oleh perbedaan etnis maupun agama di ruang publik, baik secara fisik maupun melalui platform media sosial.
Menurut Yenny, setiap anak lahir dengan pikiran terbuka dan hati yang suci, serta bebas berinteraksi dengan siapapun tanpa dibatasi oleh kondisi sosial. Dengan demikian, kata dia, intoleransi sebenarnya merupakan sesuatu yang dipelajari dari lingkungan sekitar.
"Kalau lingkungannya intoleran, dia akan tumbuh menjadi pribadi yang intoleran. Kalau lingkungannya toleran, dia akan mampu mengelola perbedaan, menghargai hal-hal yang berbeda," tutur Yenny.
Untuk itu, Yenny mengatakan, penting untuk mengisi ruang-ruang publik dengan narasi yang mengajarkan toleransi agar anak-anak, utamanya, dapat tumbuh menjadi pribadi yang toleran.
Toleransi layaknya bunga yang harus dipelihara agar tumbuh dengan baik, kata Yenny. Dengan demikian, dia mengatakan bahwa semua orang memiliki tugas untuk merawat bunga tersebut.
"Toleransi itu bukan seperti rumput yang bisa tumbuh sendirinya. Tapi, dia bunga yang harus dipelihara. Jika dibiarkan, tidak ada perawatan, tidak ada pengawasan, yang tumbuh bukan bunga tapi semak belukar," ujar Yenny.
Oleh karena itu, Yenny mengatakan Wahid Foundation dengan didukung oleh United Nations Development Programme (UNDP) dan Google Indonesia untuk melakukan upaya menjaga dan merawat toleransi di Indonesia, salah satunya melalui kampanye Salam Forum. Kampanye tersebut melibatkan 10 kreator konten terpilih untuk membuat film pendek yang berisi pesan-pesan perdamaian dan toleransi.
"Saya berterima kasih kepada semua yang mendukung program ini. Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat di luar sana untuk mau melakukan sesuatu," pungkas Yenny.
Baca juga: Uni Emirat Arab pamerkan perkembangan negara lewat film
Baca juga: Aldy Rialdy belajar logat Ambon demi "Bumi Itu Bulat"
Baca juga: Ingin ajarkan toleransi, Arie Kriting terlibat film "Bumi itu Bulat"
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022