hasil rukyat tersebut akan dikirim ke Kementerian AgamaKendari (ANTARA) - Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sultra bersama BMKG dan organisasi keagamaan menyebut hilal untuk penentuan 1 Ramadhan 1443 Hijriah belum terpantau di Pantai Anaiwoi, Kecamatan Tanggetada, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Jumat sore.
Tim Rukyatul Hilal Kemenag Sultra Rusdin Muhalling di Kolaka, Jumat mengatakan pemantauan ini dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia dan di Sulawesi Tenggara di pusatkan di Pantai Wolulu Anaiwoi, Kabupaten Kolaka.
"Untuk hasil pemantauan tim rukyat hingga proses selesai, hilal tidak dapat terlihat namun berdasarkan data dan hasil hisab umur hilal berada pada plus (+) 1', 40', 21" di atas ufuk," katanya
Kemenag Sultra bersama BMKG dan organisasi keagamaan mengadakan Rukyatul Hilal penentuan datangnya bulan Ramadhan 1443 Hijriah di Pantai Anaiwoi, Kolaka.
Baca juga: Kemenag: Hilal 1 Ramadhan 1443 tak terlihat di Aceh
Baca juga: Posisi hilal awal Ramadhan 1443 H masih di bawah kriteria MABIMS
Dengan demikian, awal puasa Ramadhan 1443 Hijriah tahun 2022 kemungkinan mulai Minggu 3 April 2022. Namun, keputusan penetapan awal puasa Ramadhan menunggu sidang isbat di Kemenag Pusat, Jumat malam.
Dia menyampaikan, berdasarkan data hisab dan hasil hisab tersebut dan implementasi imkanul rukyat dengan kriteria baru MABIMS yang dipedomani tidak memungkinkan hilal dapat diamati.
Kata Rusdin, hasil rukyat akan dilaporkan kepada Menteri Agama, kepastian penetapan awal bulan Ramadhan 1443 Hijriah akan diputuskan melalui musyawarah bersama pada sidang isbat dan ditetapkan oleh Menteri Agama RI ba'da magrib WIB.
"Setelah melakukan pemantauan, hasil rukyat tersebut akan dikirim ke Kementerian Agama RI, sebagai bahan laporan dalam sidang Isbat awal Syawal 1443 H," ujarnya.
Baca juga: Hilal tidak terlihat di Tarakan
Dengan demikian, awal puasa Ramadhan 1443 Hijriah tahun 2022 kemungkinan mulai Minggu 3 April 2022. Namun, keputusan penetapan awal puasa Ramadhan menunggu sidang isbat di Kemenag Pusat, Jumat malam.
Dia menyampaikan, berdasarkan data hisab dan hasil hisab tersebut dan implementasi imkanul rukyat dengan kriteria baru MABIMS yang dipedomani tidak memungkinkan hilal dapat diamati.
Kata Rusdin, hasil rukyat akan dilaporkan kepada Menteri Agama, kepastian penetapan awal bulan Ramadhan 1443 Hijriah akan diputuskan melalui musyawarah bersama pada sidang isbat dan ditetapkan oleh Menteri Agama RI ba'da magrib WIB.
"Setelah melakukan pemantauan, hasil rukyat tersebut akan dikirim ke Kementerian Agama RI, sebagai bahan laporan dalam sidang Isbat awal Syawal 1443 H," ujarnya.
Baca juga: Hilal tidak terlihat di Tarakan
Baca juga: Kemenag pantau hilal di enam lokasi wilayah Aceh hari ini
Kepala Kanwil Kemenag Sultra Zainal Mustamin mengatakan berdasarkan hitungan secara astronomi tidak ada perbedaan terkait penentuan awal Ramadhan.
"Tetapi yang kita lakukan validasi secara syariat dan memungkinkan terjadi perbedaan karena metode pendekatannya," katanya.
Zainal Mustamin, mengatakan berdasarkan perhitungan posisi hilal berada di bawah nol derajat.
"Berdasarkan kesepakatan Menteri Agama se-ASEAN (MABIM), posisi hilal minimal 2 derajat. Kalau di bawah 2 derajat pasti tidak kelihatan. Kalau begitu maka para alim ulama berdasarkan ketentuan syar’i digenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari," katanya.
'Sehingga kalau besok tanggal 30 Sya’ban, maka awal Ramadhan jatuhnya hari Minggu, 3 April 2022," tambahnya.
Tim yang melaksanakan Rukyatul Hilal awal Ramadhan 1443 Hijriah di Sultra yakni Pelapor Jamaluddin, Dosen IAIN Kendari Dr. Rusdin Muhalling, perwakilan Kemenag Sultra Kemenag Abdul Rauf, H. Agus Ramadhan dan PMG pertama Stasiun Geofisika (BMKG) Kendari Ilham yang telah disumpah oleh Ketua Pengadilan Agama Mustamin LC, dan Abdul Rahman Panitera Pengadilan Agama.
Hadir dalam pemantauan tersebut Kakanwil Kemenag Sultra H. Zainal Mustamin, para Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota se-Sultra, Pemerintah Kolaka, Ketua dan Wakil Ketua MUI Sultra Rais Syurya, dan Tanfidziah NU Sultra, serta unsur akademisi dan Ormas Islam.
Baca juga: Tim Observatorium Bosscha lakukan pengamatan hilal di Lembang
Kepala Kanwil Kemenag Sultra Zainal Mustamin mengatakan berdasarkan hitungan secara astronomi tidak ada perbedaan terkait penentuan awal Ramadhan.
"Tetapi yang kita lakukan validasi secara syariat dan memungkinkan terjadi perbedaan karena metode pendekatannya," katanya.
Zainal Mustamin, mengatakan berdasarkan perhitungan posisi hilal berada di bawah nol derajat.
"Berdasarkan kesepakatan Menteri Agama se-ASEAN (MABIM), posisi hilal minimal 2 derajat. Kalau di bawah 2 derajat pasti tidak kelihatan. Kalau begitu maka para alim ulama berdasarkan ketentuan syar’i digenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari," katanya.
'Sehingga kalau besok tanggal 30 Sya’ban, maka awal Ramadhan jatuhnya hari Minggu, 3 April 2022," tambahnya.
Tim yang melaksanakan Rukyatul Hilal awal Ramadhan 1443 Hijriah di Sultra yakni Pelapor Jamaluddin, Dosen IAIN Kendari Dr. Rusdin Muhalling, perwakilan Kemenag Sultra Kemenag Abdul Rauf, H. Agus Ramadhan dan PMG pertama Stasiun Geofisika (BMKG) Kendari Ilham yang telah disumpah oleh Ketua Pengadilan Agama Mustamin LC, dan Abdul Rahman Panitera Pengadilan Agama.
Hadir dalam pemantauan tersebut Kakanwil Kemenag Sultra H. Zainal Mustamin, para Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten/kota se-Sultra, Pemerintah Kolaka, Ketua dan Wakil Ketua MUI Sultra Rais Syurya, dan Tanfidziah NU Sultra, serta unsur akademisi dan Ormas Islam.
Baca juga: Tim Observatorium Bosscha lakukan pengamatan hilal di Lembang
Baca juga: UIN Walisongo Semarang terjunkan tim pantau hilal di empat lokasi
Pewarta: Muhammad Harianto/Suparman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022