Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Amien Rais menyatakan demokrasi di Indonesia sudah mulai berjalan pincang, karena kekuatan legislatif kini cenderung hanya menjadi tukang cap eksekutif. Kritik itu disampaikan Amien dalam sambutannya di depan puluhan hadirin, termasuk Wapres Jusuf Kalla, dalam acara peringatan HUT ke-5 Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), satu lembaga penelitian jajak pendapat, di Jakarta, Rabu. Ia mengemukakan lembaga legislatif pada saat ini mengalami pelemahan walaupun belum sampai benar-benar tenggelam akibat melemahnya fungsi "chek and ballance" DPR kepada pemerintah. Dikatakannya jika ada oposisi yang sesungguhnya tentunya deviasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini bisa dihindari. Pada bagian lain sambutannya, ia juga menyoroti tentang kegagapan bangsa Indonesia dalam menyikapi fenomena globalisasi dan liberalisasi. Menurut dia, mantra-mantra globalisasi, seperti privatisasi dan deregulasi, diambil mentah-mentah, sehingga Indonesia mungkin termasuk negara yang paling latah di Asia dalam menangani fenomena globalisasi. Sebagai contoh kelatahan itu adalah beralihnya kepemilikan BUMN ke pihak asing. Ia mengatakan dirinya agak takut dalam melihat masa depan bangsa ini jika BUMN-BUMN itu beralih kepemilikan ke pihak asing. "Kalau ini terus terjadi, maka Indonesia akan menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa," ujarnya. Menanggapi kritik Amien Rais ini, Wapres Jusuf Kalla mengatakan bahwa pemerintah setuju jangan semua BUMN berubah kepemilikannya ke pihak asing. Namun jangan pula semua BUMN "menyusu" ke negara karena uang negara adalah uang rakyat juga. Sebagai contoh maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang kini kesulitan likuiditas sudah meminta suntikan dana sebesar Rp500 miliar. (*)

Copyright © ANTARA 2006