- (Semua nilai uang dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat) JAKARTA, 15 Februari 2006 (ANTARA) -- PT International Nickel Indonesia Tbk ("PT Inco" atau "Perseroan", BEJ:INCO) hari ini mengumumkan hasil penjualan 2005 yang belum diaudit, termasuk kenaikan 22% pada penjualan triwulan keempat menjadi $232,0 juta dari $190,8 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih adalah $54,6 juta pada triwulan yang berakhir 31 Desember 2005, atau $0,05 per saham, turun 10,5% dari laba bersih $61,0 juta, atau $0,06 per saham setelah penyajian kembali, pada triwulan yang sama 2004. Penjualan naik 11,7% menjadi $885,1 juta pada 2005 dari $792,1 juta pada 2004. Untuk 2005, laba bersih adalah $268,9 juta, atau $0,27 per saham, turun 5,5% dari laba bersih 2004 sebesar $284,4 juta, atau $0,29 per saham. President dan Chief Executive Officer PT Inco, Bing Tobing mengatakan "Walaupun kinerja Perseroan tetap bagus di tahun 2005, laba bersih dipengaruhi secara negatif oleh biaya yang lebih tinggi, khususnya untuk energi. Pada tahun 2005 Perseroan menggunakan lebih banyak High Sulphur Fuel Oil (HSFO) untuk memacu produksi - dan harga bahan bakar diesel untuk industri meningkat lebih dari dua kali lipat karena Pemerintah Indonesia menghapus subsidi harga. Perseroan memiliki kontrak oil swap untuk sekitar 21% dari penggunaan HSFO Perseroan dan akan terus melakukan lindung nilai untuk membatasi kenaikan harga. Meskipun terjadi kenaikan biaya energi, Perseroan telah memasang dua generator pembangkit listrik baru dengan bahan bakar minyak, karena dengan menguatnya harga nikel, Perseroan dapat menghasilkan keuntungan untuk setiap kenaikan produksi." Bapak Tobing menambahkan, "Perseroan tetap selalu berupaya untuk mengurangi dampak kenaikan harga komoditas utama. Misalnya, Perseroan mengoptimalkan konsumsi minyak, menggunakan bahan bakar secara lebih efisien, dan melakukan penelitian atas penggunaan bubuk batubara menggantikan HSFO untuk tanur pereduksi dan tanur pengering. Perseroan memperbaiki jalan-jalan dengan tujuan memperpanjang usia pakai ban dan mengurangi penggunaan bahan bakar." "Produksi 168 juta pon nikel dalam matte pada 2005 adalah yang tertinggi dalam sejarah Perseroan dan Perseroan mentargetkan produksi yang sama kuatnya sebesar 167 juta pon untuk 2006," demikian tambahnya. "Perseroan mencapai rekor triwulan dengan memproduksi 45,7 juta pon nikel dalam matte pada triwulan keempat 2005. Perseroan berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 33% dari kapasitas rancang menjadi 200 juta pon nikel dalam matte per tahun pada 2009. Ketersediaan tenaga listrik merupakan kendala pada operasi Perseroan. Saat ini, danau yang menjadi sumber air bagi pembangkit listrik tenaga air berada di atas tingkat tertinggi 2005. Berdasarkan sejarahnya, periode hujan yang tertinggi dalam tahun ini belum akan terjadi dan Perseroan akan melakukan penyemaian awan. Sementara hal-hal tersebut merupakan kabar baik, dalam jangka panjang, Perseroan memerlukan bendungan dan fasilitas pembangkit tenaga listrik baru di Karebbe pada sungai Larona seperti yang telah diumumkan sebelumnya. Sementara Perseroan tetap optimis bahwa Peseroan akan mendapatkan persetujuan yang diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan lapangan, setiap penundaan akan berpengaruh atas penyelesaian proyek secara keseluruhan dan kemampuan Perseroan mencapai produksi 200 juta pon nikel dalam matte per tahun. Perseroan telah memesan turbin dan generator dan terus mengusahakan dimulainya pembangkit listrik ini pada tahun 2008. Bendungan dan pembangkit listrik yang baru tersebut diharapkan dapat menghasilkan 90 megawatt tambahan listrik tenaga air per tahun dan memberikan Perseroan kemampuan untuk meningkatkan produksi, menurunkan biaya tunai tahunan dan menurunkan resiko pasokan energi. "Tambahan lagi, PT Inco mempunyai kekuatan dan fleksibilitas keuangan untuk melakukan ekspansi secara teliti. Perseroan membayar kembali $77 juta hutang jangka panjang Perseroan selama 2005 dan saldo hutang jangka panjang - yang jatuh tempo dalam satu tahun - hanya sebesar $38,5 juta. Tantangan Perseroan pada tahun 2006 termasuk mencapai tujuan produksi, mempersiapkan pabrik untuk output yang lebih besar dan meminimalkan biaya-biaya," demikian Bapak Tobing menyimpulkan. Harga realisasi rata-rata nikel dalam matte adalah $9.950 per ton ($4,51 per pon) pada triwulan keempat 2005, turun 8,4% dari $10.858 per ton ($4,93 per pon) pada periode yang sama dalam tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, harga realisasi rata-rata nikel dalam matte adalah $11.462 per ton ($5,20 per pon), naik 6,5% dari $10.766 per ton ($4,88 per pon) pada tahun 2004. Berdasarkan kontrak-kontrak penjualan jangka panjang wajib-ambil Perseroan dalam denominasi dollar AS, harga jual produksi nikel dalam matte ditentukan dengan suatu formula dengan patokan harga tunai nikel di Bursa Logam London (LME). Pada triwulan keempat 2005, produksi nikel dalam matte naik menjadi 20.700 ton (45,7 juta pon) dari 17.000 ton (37,5 juta pon) pada periode yang sama tahun 2004. Produksi untuk 2005 naik menjadi 76.400 ton (168,4 juta pon) dari 72.200 ton (159,1 juta pon) pada tahun 2004. PT Inco memasok 502.000 ton bijih saprolitik basah dari daerah Pomalaa kepada PT Antam Tbk pada tahun 2005. Biaya tunai produksi per unit pada triwulan keempat 2005 naik 22% menjadi $2,58 per pon dari $2,12 per pon pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan oleh tiga faktor: harga HSFO yang lebih tinggi, rata-rata $50,17 per barel pada triwulan keempat 2005 dibandingkan dengan $30,35 per barel pada triwulan yang sama 2004; harga diesel yang lebih tinggi, rata-rata $0,51 per liter pada triwulan keempat 2005 dibandingkan dengan $0,25 per liter pada periode tahun sebelumnya; dan, meningkatnya penggunaan kontrak dan jasa yang berkaitan dengan kegiatan tambang. Biaya tunai produksi per unit pada tahun 2005 naik menjadi $2,29 per pon dari $1,83 per pon pada tahun sebelumnya. Biaya rata-rata 3,2 juta barel HSFO yang digunakan oleh PT Inco pada 2005 adalah $39,34 per barel, dibandingkan 2,9 juta barel dan $28,36 per barel pada 2004. Meningkatnya penggunaan HSFO disebabkan oleh produksi yang lebih tinggi dan kandungan air yang lebih banyak pada bijih yang dihasilkan dari operasi Petea. Disebabkan oleh bertambahnya jarak pengangkutan, dengan semakin lebarnya daerah tambang Perseroan sampai ke Petea, PT Inco menggunakan 87,4 juta liter disel dengan biaya rata-rata $0,33 per liter, naik dari 79,5 juta liter pada $0,24 per liter pada 2004. Total biaya-biaya energi per pon nikel dalam matte pada 2005 adalah $1,01, atau 43,3% dari biaya tunai 2005, jauh lebih tinggi dari $0,74 per pon, atau 39,3% dari biaya tunai pada 2004. Selama triwulan ketiga 2005, Perseroan merubah metode penyusutan dari metode unit produksi menjadi metode garis-lurus. Nilai aktiva tetap Perseroan pada neraca per 31 Desember 2004 disajikan kembali untuk mencerminkan perubahan ini. Total penyajian kembali adalah kenaikan sebesar $116,4 juta. Angka ini terdiri dari efek kumulatif dari perubahan metode penyusutan, sebesar $127,7 juta sebagai penurunan pada akumulasi penyusutan, dan pembetulan atas kerugian penghapusan aktiva tetap ($11,3 juta) yang disebabkan oleh perubahan akuntansi. Berdasarkan penyajian kembali aktiva tetap Perseroan pada 31 Desember 2004, beban penyusutan untuk tahun tersebut disajikan kembali untuk memberikan dasar yang sesuai sebagai bahan perbandingan. Pada triwulan keempat 2005, sejumlah $6,4 juta dihapus-bukukan biaya overhead yang dikapitalisasi dan bunga yang berkaitan dengan aktiva tetap yang dihapuskan selama triwulan ketiga tahun tersebut. Selama triwulan yang berakhir 31 Desember 2005, PT Inco menerapkan standard akuntansi baru untuk manfaat karyawan (PSAK 24 - Revisi 2004). Berdasarkan hal tersebut, Laporan Keuangan 2004 telah disajikan kembali, berakibat atas turunnya laba ditahan sebesar $12 juta pada 31 Desember 2004 dan sebesar $1,3 juta untuk triwulan keempat 2005. Sebagai tambahan, Perseroan melakukan kontribusi masing-masing sebesar $4 juta dan $3 juta untuk program dana pensiun manfaat pasti dan pendanaan kewajiban kesehatan paska pensiun. Selama tahun 2005, Perseroan membukukan biaya lain-lain termasuk kerugian penghapusan aktiva tetap sebesar $28 juta, pembayaran program pesangon sejumlah $3,7 juta dan menghapus-bukukan persediaan sejumlah $8,2 juta, dikurangi dengan pendapatan bunga sebesar $8,3juta. Penghasilan kas dari kegiatan operasi sebelum pengeluaran barang modal adalah $280,3 juta pada 2005, termasuk $49,0 juta yang dihasilkan selama triwulan keempat, dibandingkan dengan $397,1 juta pada 2004. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pembayaran kepada pemasok (terutama untuk HSFO, diesel, ban dan kontraktor) sebesar $120,1 juta, kenaikan pembayaran Pajak Penghasilan Badan sebesar $ 63,7 juta dan kenaikan pembayaran kepada karyawan sebesar $2,4 juta, dikurangi dengan kenaikan penerimaan kas dari pelanggan sebesar $71,9 juta. Pengeluaran barang modal tunai pada tahun 2005 adalah $105,8 juta, naik dari $97,7 juta pada tahun 2004. Pengeluaran ini terutama terdiri dari pengeluaran pada proyek bendungan pembangkit listrik tenaga air Karebbe; penggantian dan penambahan armada alat berat tambang; pembelian pembangkit diesel; dan pembelian peralatan untuk mengurangi emisi debu dari tanur listrik. Arus kas keluar setelah pengeluaran barang modal, pembayaran kembali hutang dan pembayaran dividen sebesar $43,9 juta pada 2005, dibandingkan dengan arus masuk $159,8 juta pada 2004. Ikhtisar kinerja keuangan Perseroan adalah sebagai berikut:
Triwulan Keempat | Tahun | |||
2005 | 2004 | 2005 | 2004 | |
Produksi nikel dalam matte: | ||||
- ribu ton | 20,7 | 17,1 | 76,4 | 72,2 |
- juta pon | 45,7 | 37,5 | 168,4 | 159,1 |
Penjualan nikel dalam matte: | ||||
- ribu ton | 22,9 | 17,3 | 76,1 | 72,5 |
- juta pon | 50,5 | 38,1 | 167,8 | 159,8 |
Harga realisasi rata-rata: | ||||
- per ton | $9.950 | $10.858 | $11.462 | $10.766 |
- per pon | $4,51 | $4,93 | $5,20 | $4,88 |
Penjualan bersih - juta | $232,0 | $190,8 | $885,1 | $792,1 |
Laba bersih - juta | $54,6 | $61,0* | $268,9 | $284,4* |
Laba bersih per saham | $0,05 | $0,06* | $0,27 | $0,29* |
Copyright © ANTARA 2006