Ekonomi liberal ini tidak mampu menjadikan manusia untuk memiliki kepekaan kepada orang lain.

Jakarta (ANTARA) - Universitas Negeri Makassar (UNM) Sulawesi Selatan mengukuhkan Wakil Ketua MPR RI Sjarifuddin Hasan (Syarief Hasan) sebagai Profesor Bidang Ilmu Strategi Manajemen Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM).

"Ini suatu kebanggaan besar buat saya dan keluarga besar saya. Mudah-mudahan, ini akan memotivasi saya untuk berbuat lebih baik dan maksimal bagi masyarakat. Saya juga harap dapat memotivasi adik-adik mahasiswa agar tidak kenal lelah untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya," ujar Syarief Hasan kepada awak media usai acara pengukuhannya sebagai profesor, sebagaimana dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Pengukuhan tersebut dilakukan oleh Rektor UNM Husain Syam dalam Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Gelar Profesor (Guru Besar Tetap) Universitas Negeri Makassar di Ballroom Theater Menara Phinisi UNM Sulawesi Selatan, Kamis (31/3).

Dalam sidang tersebut, Syarief Hasan menyampaikan orasi ilmiahnya bertajuk Ekonomi Pancasila dan Implementasi Manajemen Administrasi Bisnis: Strategi Koperasi dan UMKM di hadapan rektor, para wakil rektor, dan beberapa guru besar UNM.

Di awal pemaparan, Syarief Hasan menyampaikan perkembangan perekonomian global saat ini dikuasai oleh dua pemahaman ekonomi yang berbeda, yakni ekonomi liberal dan sosialis.

Dijelaskan pula bahwa paham ekonomi liberal banyak dipengaruhi oleh pasar bebas dan kapitalis yang hanya berorientasi serta berfokus pada keuntungan yang sebesar-besarnya.

"Paham ini juga menolak segala unsur intervensi dan proteksi negara dalam ekonomi. Ekonomi liberal ini tidak mampu menjadikan manusia untuk memiliki kepekaan kepada orang lain yang secara ekonomi kurang beruntung. Padahal, mereka yang berada dalam kemiskinan mesti diperhatikan dan diperlakukan dengan layak," lanjut Syarief Hasan.

Ia pun mengatakan bahwa paradigma ekonomi liberal memang memandang manusia sebagai manusia ekonomi (homo economicus), yakni manusia hanya berfungsi untuk memaksimalkan keuntungan.

Sementara itu, lanjut dia, ekonomi sosialis menekankan bahwa semua sarana produksi harus dimiliki bersama oleh masyarakat.

Dalam paradigma ekonomi sosialis, Pemerintah mengontrol penuh dan langsung ekonomi secara mandiri dalam bentuk intervensi negara.

Namun, terkait dengan pemahaman ekonomi yang dianut Indonesia, Syarief Hasan menilai paham ekonomi yang cocok diterapkan di Tanah Air adalah ekonomi Pancasila. Pendapat itu didasarkannya pada amanah Pasal 33 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.

Pasal tersebut menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.

Selain itu, Syarief Hasan memandang perekonomian di Indonesia harus berdasar pada asas berketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai kesejahteraan.

Selanjutnya, peran Pemerintah dalam implementasi ekonomi Pancasila adalah menjadi regulator dan pengambil kebijakan untuk menstimulasi dan menstabilkan ekonomi dengan tetap melakukan intervensi pasar apabila diperlukan demi kepentingan rakyat.

"Intinya, ekonomi Pancasila bertujuan mulia untuk membangun perekonomian Indonesia yang rasional, adil, dan merata. Untuk itu, semua kebijakan penguasa diperlukan keberpihakan agar pelaku ekonomi rakyat yang kebanyakan UMKM lebih produktif secara maksimal," kata Syarief Hasan.

Atas penyampaian orasi dan pengukuhan tersebut, Husain Syam mengucapkan selamat dan kekagumannya kepada Syarief Hasan.

"Luar biasa, saya tidak perlu menyimpulkan isi orasi Pak Profesor Syarief. Tanpa teks, dengan menggebu-gebu, pemaparannya jelas dan menambah wawasan kami semua. Ini yang kami harapkan dari seorang profesor, saling berbagi ilmu," ujarnya.

Setelah menjadi guru besar UNM, dia berharap Syarief bisa sering menyampaikan ilmu-ilmunya kampus tersebut dan berkiprah untuk berbakti kepada masyarakat lebih luas.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Desa kunci sukses perekonomian nasional

Baca juga: Hidayat Nur Wahid dorong masyarakat memberdayakan ekonomi warga

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022