Sibolangit, Sumut (ANTARA News) - PT Perusahaan Gas Negara mengakui bahwa defisit gas di Sumatera Utara hingga kini masih belum bisa diatasi, termasuk untuk kebutuhan sektor industri.
"Untuk memenuhi kebutuhan sektor industri di Sumatera Utara saat ini, kami baru mampu memasok gas sekitar 12 juta kaki kubik per hari," kata Kepala Departemen Komunikasi Korporat PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Nella Andaryati di Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Selasa.
Berbicara dalam acara Workshop dan Kumpul Jurnalis yang digelar PT PGN, dia menyebutkan kebutuhan sektor industri terhadap gas di Sumut idealnya berkisar antara antara 20 hingga 30 juta kaki kubik per hari.
Gas yang didistribusikan PT PGN ke Sumut selama ini berasal dari sumber lapangan gas konvensional yang kini volumenya semakin merosot karena sebagian besar terdiri dari lapangan tua.
Selama ini banyak pelaku dunia usaha di Sumut yang mengeluhkan ketiadaan gas, sehingga memaksa mereka kembali harus mengandalkan sumber bahan bakar minyak (BBM) jenis solar maupun batu bara.
Sementara penggunaan kedua jenis bahan bakar itu dipastikan turut menambah biaya produksi dan akhirnya berpotensi menurunkan daya saing produk di pasaran.
"Masalah kekurangan pasokan gas yang dihadapi sektor industri di Sumatera Utara saat ini sesungguhnya sama dengan masalah yang sedang kami hadapi," paparnya.
Untuk mengatasi defisit gas berkepanjangan di Sumut, PT PGN hingga kini masih menunggu keputusan pemerintah dalam hal ini Badan Penyalur Hilir (BPH) Minyak dan Gas (Migas) agar bersedia mengalokasikan gas dari Blok Tangguh di Provinsi Papua.
Sembari menunggu keputusan pemerintah tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu telah merencanakan pembangunan stasiun penerima gas alam cair atau LNG recieving terminal di kawasan Pelabuhan Belawan Medan.
"Izin untuk pembangunan LNG recieving terminal sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara," katanya.
Terkait dengan pembangunan fasilitas stasiun penerima gas alam cair di Belawan, sejumlah perusahaan telah mengajukan permohonan untuk mengikuti lelang pembangunan proyek senilai 80 juta dolar AS lebih itu.
Jika pemerintah menyetujui penambahan volume pasokan gas ke Sumut, menurut dia, masalah defisit gas yang melanda sektor industri dan pembangkit listrik PLN di daerah itu bisa segera diatasi.
Nella menambahkan, pascaterus meningkatnya harga BBM di pasar internasional menjadikan banyak pihak mencari sumber energi primer lain yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Gas merupakan salah satu bentuk energi primer yang dewasa ini kian diminati oleh sektor industri dan infrastruktur, baik di Indonesia tetapi di seluruh penjuru dunia. (ANT-197/M027)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011