Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan bahwa stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dengan fungsi intermediasi yang membaik meskipun terjadi gejolak pasar keuangan akibat pengaruh global.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Jakarta, Selasa mengatakan stabilitas industri perbankan masih tetap terjaga dengan baik sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8 persen dan rendahnya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5 persen.
Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang mencapai 23,8 persen (yoy) hingga akhir September 2011.
"Bank Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan dan mendorong fungsi intermediasi dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dengan mendorong ke arah pertumbuhan kredit produktif sehingga perekonomian nasional tetap dapat mencapai pertumbuhan yang optimal di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian," kata Darmin.
Dijelaskannya, komposisi kredit perbankan cukup baik karena lebih banyak didorong kredit investasi yang tumbuh 30,1 persen, lalu diiikuti kredit konsumsi tumbuh 24,8 persen dan kredit modal kerja tumbuh 20,8 persen.
Sementara untuk sektor yang mendapatkan kredir paling tinggi pertumbuhannya adalah kelistrikan atau investasi yang tumbuh 58,5 persen, pertambangan 22,8 persen, dan jasa sosial 20,8 persen.
Sangat kuat
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan dari "stress test" yang dilakukan BI terlihat bahwa kondisi perbankan sangat kuat dari dampak krisis ekonomi di Eropa.
"Dari "stress test" dengan beberapa skenario tidak dijumpai ada bank yang CAR-nya akan turun di bawah 8 persen jika ada bank yang default. Begitu juga jika ada bank di Amerika yang default hanya sedikit bank yang terpengaruh," katanya.
Selain itu, untuk kebutuhan valas perbankan, Halim menilai jumlahnya kecil dibanding kredit rupiah, sehingga kondisi krisis sekarang ini tidak akan mempengaruhi kebutuhan valas perbankan.
"Kredit valas Rp53,3 triliun di Agustus, atau jauh lebih rendah dibanding kredit rupiah Rp212 triliun. Jadi kebutuhan valas tidak besar, suplai valas cukup," katanya.
(T.D012/B012)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011