Ratusan sepeda motor terpaksa diparkir di bahu jalan sepanjang kawasan Tanah Abang. Selain untuk parkir, sebagian bahu jalan yang seharusnya dipakai untuk pejalan kaki menjadi lapak pakaian dan pernak-pernik.
Sebagian warga tetap menggunakan masker saat mengunjungi setiap gerai pakaian. Namun sebagian besar pedagang dan pembeli tidak memakai masker saat bertransaksi di pasar tersebut.
Gerai pakaian muslim seperti gamis dan baju koko menjadi tempat yang paling ramai pengunjung. Salah satu penjual baju gamis bernama Firdaus mengatakan, situasi ramai ini sudah terasa sejak 28 Maret 2022.
Pengunjung yang datang tidak hanya dari dalam kota, melainkan dari luar wilayah DKI dan pulai Jawa. "Sudah ramai sejak tanggal 28 kemarin. Biasanya sih sepi sepi aja," kata Firdaus.
Baca juga: Tanah Abang macet tanda ekonomi bergeliat
Baca juga: Geliat transaksi dagang di Pasar Tanah Abang sudah meningkat
Firdaus menduga ramainya wilayah Tanah Abang lantaran pemerintah telah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2.
Sebelum pemberlakuan PPKM Level 2, Firdaus mengaku situasi pasar cukup sepi. Dalam sehari dirinya hanya menjual lima sampai 10 potong pakaian.
Saat situasi ramai, dia bisa menjual lima sampai 10 lusin pakaian dalam satu hari dengan harga Rp150.000 per potong. "Ya Alhamdulillah jadi ramai walaupun tidak seramai waktu sebelum pandemi," kata dia.
Hal berbeda dikatakan Yogi, selaku penjual pakaian anak. Menurut dia, situasi saat ini masih belum terlalu ramai.
Puncak keramaian terjadi 10 hari sebelum Lebaran. "Nah justru ramainya di situ. Kalau sekarang masih biasa saja," kata dia.
"Kalau 10 hari sebelum lebaran, saya bisa narik omset Rp5.000.000 sampai Rp7.000.000 per hari," kata dia.
Pewarta: Walda Marison
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022