Lebak (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membangun pesantren berstandar internasional di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
"Pesantren itu nantinya menampung anak yatim piatu mulai dari Aceh sampai Papua. Pendidikan pesantren itu gratis," kata Bahlil Lahadalia di Lebak, Kamis.
Baca juga: Wapres ingin pesantren jadi model pertanian modern
Pembangunan tahap pertama ditargetkan rampung sampai Desember 2022.
"Kami tahun dengan untuk tahap pertama menampung sebanyak 400 anak, " kata Bahlil.
Baca juga: Wagub DKI ingatkan peran penting Pesantren Modern Gontor untuk bangsa
Selama ini kebanyakan pesantren hanya mencetak untuk pandai mengaji dan berceramah.
Namun, pihaknya mendesain pesantren di sini agar mereka mampu mensyiarkan Islam dengan berniaga.
Baca juga: Ponpes Darunnajah targetkan belajar tatap muka pada Januari 2021
Dengan demikian,pihaknya berharap lulusan di pesantren ini dapat melahirkan para ekonomi juga pebisnis dan pengusaha, sehingga dapat mensyiarkan agama Islam.
Pendidikan pesantren itu bukan kuantitas, tetapi lebih mengutamakan kualitas, karena berstandar internasional dan pengelolanya melibatkan Kasat Wapres Prof Iriani dan Rektor IPB Prof Arif Satria.
"Kami inginnya anak-anak itu setelah SMA dapat didistribusikan ke perguruan- perguruan tinggi ternama, " katanya menjelaskan.
Ia mengaku membangun pesantren itu bertujuan untuk memberikan kemudahan terhadap anak yatim piatu mendapatkan pendidikan.
Sebab, pengalaman dirinya dulu ketika sekolah di SMP di Papua sangat susah, karena harus berjalan kaki hingga menempuh perjalanan pulang pergi 8 km.
Perjalanan jauh itu terpaksa berhenti dan tidak tamat pendidikan SMP, karena kenalan.
Namun, dirinya tamat SMP di Papua setelah mengikuti pendidikan persamaan dan kualitasnya lebih baik dibandingkan sekolah reguler.
"Kami berharap pesantren internasional memiliki pendidikan yang berkualitas untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang handal dan unggul juga memiliki karakter akhlak mulia," katanya.
Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022