"Pertamina harus punya kebun kelapa sawit.., sebagaimana di hulu punya blok; ada Blok Rokan, ada Blok Cepu," kata Sugeng dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan usulan itu lantaran harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang telah melambung tinggi. Melalui perkebunan sawit yang dimiliki sendiri oleh Pertamina, kata dia, maka perseroan dapat memproduksi berbagai jenis produk biodiesel mulai dari B30, bahkan B100.
Setelah Pemerintah Indonesia menandatangani Persetujuan Paris, jelas Sugeng, Indonesia dituntut untuk bisa menurunkan emisi karbon serendah mungkin, salah satunya melalui pemanfaatan minyak sawit menjadi bahan bakar kendaraan.
"Semua harus inline ke sana jadi energi baru terbarukan..., karena kebetulan Presidensi G20, artinya hal-hal yang itu menjadi perhatian kita," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah patok harga biodiesel Rp15.559 per liter pada April 2022
Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa metil ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengklaim nilai ekonomi dari implementasi B30 tercatat mencapai lebih dari 4 miliar dolar AS atau setara Rp57,39 triliun dan berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 25 juta karbon dioksida ekuivalen pada 2021.
Saat ini harga indeks pasar biodiesel pada Maret 2022 senilai Rp14.436 per liter. Harga itu akan naik 7,77 persen menjadi Rp15.559 per liter mulai 1 April 2022.
Kenaikan harga pasar biodiesel terjadi seiring meningkatnya harga rata-rata minyak sawit mentah periode 25 Maret 2022 sampai dengan 24 April 2022 sebesar Rp16.665 per kilogram. Sementara itu, minyak sawit mentah periode 25 Januari 2022 sampai 24 Februari 2022 berada di rentang harga Rp14.352 per kilogram.
Baca juga: GAPKI : Produksi CPO turun dorong harga naik
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022