Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia bergabung dengan kenaikan pasar modal global pada Rabu pagi, karena meningkatnya harapan negosiasi berakhirnya konflik Ukraina.
Sementara pasar obligasi mengisyaratkan kekhawatiran semalam bahwa kenaikan suku bunga yang agresif dapat merusak ekonomi AS setelah imbal hasil 10tahun sempat turun di bawah obligasi dua tahun.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 1,0 persen dan menyentuh level tertinggi sejak 4 Maret, dengan sebagian besar pasar saham Asia di wilayah positif.
Namun, indeks Nikkei Jepang melawan tren, melemah 1,0 persen karena pengamat menunjuk aksi ambil untung menjelang akhir tahun fiskal. Indeks acuan mencapai penutupan tertinggi dua bulan pada Selasa (29/3/2022).
Ukraina pada Selasa (29/3/2022), mengusulkan untuk mengadopsi status netral sebagai tanda kemajuan dalam negosiasi tatap muka, meskipun di lapangan, laporan serangan berlanjut, dan Ukraina bereaksi dengan skeptis terhadap janji Rusia dalam negosiasi untuk mengurangi operasi militer di sekitar Kyiv.
Meskipun demikian, berita tersebut membantu indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 mencatat kenaikan sesi keempat berturut-turut semalam, setelah saham Eropa menguat tajam.
Indeks S&P 500 berjangka AS sedikit berubah di perdagangan Asia.
"Di satu sisi ada lebih banyak berita positif mengenai Ukraina, dan pasar mengharapkan kesepakatan damai di beberapa titik, yang menghasilkan sedikit peristiwa risk-on, dengan saham naik dan imbal hasil obligasi cenderung lebih tinggi," kata Shane Oliver kepala ekonom dan strategi investasi di AMP Capital.
"Tapi kemudian kembali mengkhawatirkan tentang inflasi dan imbal hasil obligasi, dan ada perdebatan tentang apakah kita akan melihat resesi di AS karena inversi sebagian dari kurva imbal hasil AS."
Kurva imbal hasil obligasi pemerintah AS 2-tahun/10-tahun yang dilacak secara luas secara singkat terbalik pada Selasa (29/3/2022) untuk pertama kalinya sejak September 2019, karena investor obligasi bertaruh bahwa pengetatan agresif oleh Federal Reserve dapat merugikan ekonomi AS dalam jangka panjang.
Imbal hasil yang lebih panjang jatuh di bawah yang lebih pendek menunjukkan kurangnya kepercayaan pada pertumbuhan di masa depan, dan imbal hasil 10-tahun yang jatuh di bawah obligasi 2-tahun secara luas dilihat sebagai pertanda resesi.
Di sisi lain, selisih antara imbal hasil surat utang pemerintah 3-bulan dan obligasi 10-tahun bulan ini tetap lebih curam.
"Pesan dari kurva imbal hasil sangat membingungkan," kata Oliver.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir sedikit lebih lembut di 2,3815 setelah naik setinggi 2,557 persen pada Senin (28/3/2022), tertinggi sejak April 2019, karena para pedagang memposisikan diri mereka untuk kenaikan suku bunga cepat oleh Federal Reserve AS.
Selisih antara imbal hasil 10-tahun dan 2-tahun AS terakhir di 2,7 basis poin.
Kenaikan imbal hasil AS juga menyeret imbal hasil obligasi pemerintah Jepang, sebuah ancaman bagi kebijakan moneter ultra-longgar Jepang.
Bank sentral Jepang (BOJ) meningkatkan upayanya untuk mempertahankan batas imbal hasil utamanya pada Rabu dengan menawarkan untuk meningkatkan pembelian obligasi pemerintah di seluruh kurva termasuk melalui operasi pasar darurat yang tidak terjadwal.
Sementara ini tampaknya menggarisbawahi tekadnya untuk berpegang pada kebijakan tersebut, beberapa analis mempertanyakan apakah strategi itu berkelanjutan.
“Saya tidak akan terkejut jika bank sentral Jepang menetapkan batas yang lebih tinggi untuk imbal hasil JBG 10 tahun – saat ini di 0,25 persen. Mereka tidak boleh berada terlalu jauh di belakang kurva, karena jika yen melemah lebih jauh di atas level tertentu, hal itu dapat meningkatkan ketakutan pasar,” kata manajer dana Joel Le Saux dari sub dana Eurizon Fund's Sustainable Japan Equity.
Perbedaan yang melebar antara imbal hasil AS dan Jepang telah menyebabkan yen melemah tajam. Pada Rabu pagi berada di 122,36 per dolar, setelah melakukan sedikit pemulihan dari terendah Senin (28/3/2022) di 124,3, tetapi dolar masih naik 6,9 persen terhadap yen bulan ini.
Sementara itu, euro berada di 1,1104 dolar didukung oleh prospek perdamaian di Ukraina, setelah melonjak hampir satu persen semalam.
Keketatan pasokan membuat harga minyak tetap kuat meskipun ada harapan atas pembicaraan Rusia-Ukraina, menurut para analis. Minyak mentah Brent naik 1,0 persen menjadi 111,36 dolar AS per barel. Minyak mentah AS naik 0,83 persen menjadi 105,12 dolar AS per barel.
Harga emas di pasar spot naik 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 1.920,60 dolar AS per ounce.
Baca juga: Saham Asia naik karena BOJ pertahankan kebijakan ultra-longgar
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup jatuh di tengah beragam pergerakan bursa Asia
Baca juga: Saham Asia bergejolak, harga minyak turun saat situasi baru Ukraina
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022