Angka ekonomi positif yang dirilis pada hari Selasa (29/3) makin mengurangi daya tarik emas.
Chicago (ANTARA) - Harga emas turun lebih dari 1 persen ke level terendah 1 bulan pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), memperpanjang kerugian untuk hari ketiga berturut-turut karena tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan damai Rusia dan Ukraina mengurangi permintaan terhadap logam mulia.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di Divisi Comex New York Exchange, anjlok 27,60 atau 1,4 persen menjadi menetap di 1.912,20 dolar AS per ounce. Dengan penurunan pada hari Senin (28/3) yang ditambahkan, kontrak acuan berjangka sudah turun 2,0 persen pada minggu ini.
Sehari sebelumnya, Senin (28/3/2022), emas berjangka jatuh 14,4 dolar AS atau 0,74 persen menjadi 1.939,80 dolar AS setelah melemah 8,0 dolar AS atau 0,41 persen menjadi 1.954,20 dolar AS pada hari Jumat (25/3), dan melonjak 24,9 dolar AS atau 1,29 persen menjadi 1.962,20 dolar AS pada hari Kamis (24/3).
"Kami memperkirakan penurunan bebas pada logam setelah potensi penurunan eskalasi besar dari Rusia memberikan percikan besar untuk selera risiko dan optimisme bahwa kami dapat melihat potensi berakhirnya perang ini," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.
Rusia dan Ukraina mengadakan putaran baru pembicaraan damai tatap muka di Istanbul pada hari Selasa (29/3), dan delegasi Rusia mengatakan bahwa Moskow telah memutuskan untuk secara drastis menghentikan aktivitas militernya di sekitar Kyiv dan Chernihiv di Ukraina, salah satu wakil menteri pertahanan mengatakan setelah pembicaraan.
Harapan untuk mengakhiri konflik yang sekarang di bulan kedua mengangkat sentimen risiko di pasar keuangan yang lebih luas.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan di dekat tertinggi multi-tahun di tengah taruhan untuk kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve guna melawan inflasi yang melonjak.
Emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS karena mereka meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, memperkirakan emas akan berlabuh di sekitar 1.900 dolar AS saat ini.
"Pembicaraan ini bisa berantakan dan Anda bisa melihat emas reli kembali ke level 1.950 dolar AS," kata Streible.
Craig Erlam, analis di platform perdagangan daring OANDA, mengatakan bahwa harga emas turun lagi karena selera risiko meningkat di tengah kemajuan yang dilaporkan dalam pembicaraan antara Ukraina dan Rusia.
"Logam kuning sangat diminati (ketika) pasukan Rusia melintasi perbatasan dan harapan gencatan senjata mulai terlihat," katanya.
Dikatakan pula bahwa sementara gabungan tekanan inflasi AS dan risiko politik dan keuangan lainnya membuat emas tetap didukung.
"Kita bisa melihatnya sedikit lebih jauh dalam waktu dekat," kata Erlam.
Angka ekonomi positif yang dirilis pada hari Selasa (29/3) makin mengurangi daya tarik emas.
Indeks harga rumah nasional Case-Shiller tumbuh 19,2 persen antara Januari 2021 dan Januari 2022. Analis pasar mencatat ini mewakili tingkat pertumbuhan harga rumah yang tinggi di Amerika Serikat.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa lowongan pekerjaan AS turun tipis menjadi sekitar 11,27 juta pada Februari, sekitar 5 juta lebih banyak dari tingkat pekerja yang menganggur. Sementara itu, 4,35 juta pekerja berhenti untuk pekerjaan dengan gaji lebih baik, sebuah tanda ekonomi yang sehat.
Untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman pada bulan Mei turun 46 sen atau 1,83 persen, menjadi ditutup pada 24,736 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman pada bulan Juli turun 15 dolar AS atau 1,51 persen, menjadi ditutup pada 978,8 dolar per ounce.
Baca juga: Emas datar, penguatan dolar dan imbal hasil lawan pembicaraan Ukraina
Baca juga: Emas jatuh 14,4 dolar karena imbal hasil AS dan "greenback" menguat
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022