Jakarta (ANTARA News) - Perekonomian global yang sedang bergolak diyakini tidak berpengaruh terhadap sektor properti di Tanah Air karena pasar sektor ini dibangun secara hati-hati dan didominasi pelaku domestik, kata pelaku bisnis.
Selain itu, kondisi makro ekonomi dalam negeri cukup kuat, kata Direktur Marketing Agung Podomoro Group Indra W. Antono saat dihubungi di Jakarta, Minggu
"Sektor properti di Indonesia belum terpengaruh kondisi global. Pertumbuhan penjualan semester II masih sesuai perkiraan yakni tumbuh sebesar 12-15 persen dibanding periode yang sama 2010," katanya.
Indra bahkan yakin bahwa hingga tahun depan, gejolak ekonomi global tidak akan berpengaruh karena permintaan dan suplai sektor properti di Indonesia tidak dibangun oleh pendanaan luar negeri. "Dominan modal dalam negeri sehingga kami yakin aman," katanya.
Indra memperkirakan, pertumbuhan sektor ini tahun depan juga masih di atas 15 persen.
Indra juga berharap, pasar dalam negeri tetap stabil dan tidak panik. Meski begitu, pasar properti Indonesia hingga tahun depan masih diwarnai oleh sikap "wait and see" (menunggu dan melihat) oleh pelaku pasar.
"Pasar ritail seperti untuk perumahan atau residensial dipastikan masih akan dominan tumbuhnya yakni sekitar 60 persen, setelah itu baru untuk sewa dan jual beli perkantoran serta lainnya," katanya
Ekspansi sektor properti, katanya, diyakini masih akan terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia. "Tidak hanya Jabodetabek, kota-kota lainnya pun masih akan tumbuh karena tingkat kebutuhan sektor ini, khususnya rumah, masih sangat tinggi. Angka `backlog` perumahan nasional tetap di atas 10 juta unit per tahunnya," katanya.
Untuk itu, dia memperkirakan sektor residensial masih akan menjadi perhatian para pengembang dan konsumen properti secara umum.
Senada dengan Indra, Managing Director dan Chief Executive Officer Unit Usaha City Property PT Bakrieland Development Tbk Agus J Alwie mengatakan, gejolak ekonomi global yang saat ini terjadi belum terasa dampaknya terhadap bisnis properti.
"Terus terang agak susah dijawab dengan gejolak ekonomi global yang tidak bisa diprediksi. Tapi, saya rasa tidak terlalu banyak dampaknya dan mudah-mudahan tidak terlalu banyak," katanya beberapa waktu lalu.
Apalagi, Agus menyatakan, bisnis properti tidak bergantung pada investor dari Amerika dan Eropa. "Yang masuk untuk berinvestasi bukan hanya dari Eropa dan Amerika, tapi ada China dan Jepang. Mereka masih butuh ruang," katanya.
Memang dia mengakui bahwa bisnis properti seperti gerbong ikutan, tetapi tidak langsung mengacu Amerika dan Inggris. "Jadi, krisis global tidak terlalu berdampak banyak bagi bisnis properti, selama bunga kredit masih di bawah 10 persen," ujar Agus.
Keduanya juga sepakat, meski ada gejolak global, hingga saat ini belum ada pengalihan investasi ke sektor ini. "Apalagi berharap dari pembelian asing di sektor ini. Regulasi untuk properti bagi orang asing di Indonesia kan juga belum jelas betul. Jadi, belum ada tren itu," kata Indra.
(E008/N002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011