Kedua ledakan itu terjadi pada malam hari di daerah jembatan Safwan di sebelah barat-daya kota pelabuhan Basrah, dan daerah Qarenat di sebelah baratnya, dekat ladang minyak Rumail, dan mengakibatkan kebakaran, kata seorang perwira polisi dan pejabat SOC.
"Dua ledakan terjadi semalam dengan sasaran saluran pipa yang mengangkut minyak mentah dari Rumaila Selatan ke Zubair," kata Kepala SOC Dhia Jaafar dalam taklimat di Basrah sebagaimana dikutip AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu malam.
"Produksi telah terhenti di wilayah selatan (Rumaila). ... Staf teknis sedang bekerja tanpa henti sekarang untuk mengatasi masalah tersebut," katanya.
Produksi di Rumaila Selatan berjumlah antara 600.000 dan 650.000 barel per hari (bpd), kata Jaafar.
Seorang pejabat SOC, yang tak ingin disebutkan jatidirinya, sebelumnya mengatakan ledakan itu dan kebakaran yang terjadi sesudahnya, yang telah dipadamkan sejak itu, tak mempengaruhi eksport.
Ladang minyak Rumaila adalah yang terbesar di negeri tersebut, dengan cadangan sebanyak 17,7 miliar barel minyak. Perusahaan BP dari Inggris dan CNPC China telah menandatangani kontrak untuk mengambil minyak mentah di sana sejak 2009.
Zubair adalah ladang lain di provinsi Basrah dan dieksploitasi oleh satu konsorsium yang dipimpin oleh ENI, yang meliputi Occidental Petrolem Corp dari Amerika Serikat dan Korea Gas Corp dari Korea Selatan.
Penjualan minyak merupakan bagian terbesar penghasilan pemerintah di Irak. Negara itu mengeksport sebanyak 2,2 juta barel minyak per hari.
Jumlah tersebut direncanakan bertambah sebanyak 300.000 barel per hari tahun depan, kata Kementerian Perminyakan.
Irak saat ini memproduksi sebanyak 2,9 juta barel per hari, dan menyatakan negara itu akan mampu memproduksi 12 juta barel minyak per hari sampai 2017.
(Uu.C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011