Jakarta, (ANTARA News) - Konsep Megapolitan yang ditawarkan Gubernur DKI, Sutiyoso, sangat dibutuhkan untuk keseimbangan lingkungan antara DKI Jakarta dan wilayah daerah penyangga ibukota Tangerang, Depok, Bogor, Bekasi dan Cianjur."Kesimbangan lingkungan yang dikelola dalam satu komando sangat diperlukan untuk menjaga lingkungan di Jabodetabekjur tersebut," kata Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Geografi, Universitas Indonesia (UI), Tarsoen Waryono, di Jakarta, Selasa (14/2).Tarsoen yang memperoleh Piala Kalpataru tahun 2005 untuk kategori Pembina Lingkungan, lebih lanjut mengatakan sebenarnya diterapkan atau tidak konsep megapolitan keseimbangan lingkungan harus tetap dilaksanakan dalam satu kesatuan tata ruang."Aturan yang sangat mendasar dalam pengelolaan lingkungan dalam satu komando sangat diperlukan, jadi konsep megapolitan perlu mendapat dukungan," kata Tarsoen yang juga menjadi Pengelola Lingkungan Hutan Kota UI.Menurut dia daerah-daerah penyangga Jakarta tersebut, dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga perlu pengaturan atau tata ruang yang menyeluruh antara Jakarta dan daerah-daerah penyanggah tersebut, agar dalam melaksanakan pembangunan harus memperhatikan keadaan lingkungan disekitarnya.Untuk membahas kesimbangan lingkungan tersebut, Tarsoen mengatakan akan mengadakan pertemuan dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH) DKI Jakarta untuk duduk bersama guna memahami konsep megapolitan kiatannya dengan aspek lingkungan.Ia mengatakan pemahaman pengelolaan lingkungan perlu dipahami oleh masyarakat agar tidak terjadi kerusakan lingkungan yang fatal, yang berdampak terhadap generasi mendatang."Dampak dari kerusakan lingkungan tidak langsung dirasakan saat ini tapi akan dirasakan pada masa 25 tahun yang akan datang," jelasnya.Dikatakannya Jakarta yang merupakan merupakan kota tropis dunia dimana sekitar 85 persen merupakan daerah pemukiman kota, untuk itu diperlukan daerah resapan air bagi wilayah sekitarnya.Konsep Megapolitan pertama kali dilontarkan Gubernur DKI 1966-1977, Ali Sadikin yang mengemukakan sebutan megapolitan Jabotabek yang muncul dari kelompok ahli perkotaan dari PBB yang datang ke Jakarta pertengahan dasawarsa 50."Pembangunan megapolitan harus didahului pembangunan kota-kota di sekitar Jakarta," katanya ketika itu.Pembangunan itu antara lain dengan membantu kota-kota sekitar Jakarta menyediakan lapangan kerja, serta memperbaiki sektor transportasi umum.Dalam konsep megapolitan saat ini Sutiyoso mengatakan empat kabupaten di sekitar Jakarta itu tetap otonom dan tetap sebagai bagian dari Provinsi Jawa Barat, hanya melakukan kerjasama dan koordinasi yang saling menguntungkan dengan Jakarta.(*)

Copyright © ANTARA 2006