Jakarta (ANTARA) - Setelah pemulihan kemerdekaan pada 18 Oktober 1991, Azerbaijan mulai menempatkan kepentingan yang signifikan untuk membangun hubungan yang kuat dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan semua anggotanya.

Indonesia mengakui kemerdekaan Republik Azerbaijan pada tanggal 28 Desember 1991, dan hubungan diplomatik antara kedua negara terjalin sembilan bulan kemudian, yakni pada tanggal 24 September 1992.

Pada 1 Februari 2006, Kedutaan Besar Republik Azerbaijan didirikan di Jakarta, yang merupakan kedutaan Azerbaijan pertama di Asia Tenggara.

Lalu pada 2 Desember 2010, Kedutaan Besar Republik Indonesia dibuka di Baku.

Tahun ini, kedua negara bersaudara tersebut merayakan 30 tahun terjalinnya hubungan diplomatik.

Selama 30 tahun ini, khususnya, di bawah kepemimpinan Presiden Ilham Aliyev dan Presiden Joko Widodo, Azerbaijan dan Indonesia memiliki hubungan kerja sama yang kuat dan tepercaya di bidang politik, ekonomi, budaya, kemanusiaan dan banyak bidang lainnya, termasuk dukungan politik timbal balik yang sudah lama terjalin di organisasi internasional, seperti PBB, OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dan GNB (Gerakan Non-Blok).

Hubungan bilateral yang luas antara dua negara berkembang di banyak bidang.

Kedua belah pihak saling mempromosikan investasi dan perdagangan, kerja sama di sektor pariwisata, dan bidang-- bidang lainnya terkait ekonomi.

Kedua negara juga saling mengakui dan mendukung integritas teritorial dan kedaulatan mereka dalam batas-batas yang diakui secara internasional.

Indonesia adalah salah satu negara yang paling keras mengutuk agresi militer Armenia terhadap Azerbaijan.

Indonesia selalu menyatakan dukungan penuhnya terhadap penyelesaian konflik secara damai berdasarkan norma-norma dan prinsip-prinsip hukum internasional dan masing-masing Resolusi PBB (822, 853, 874, 884) yang diadopsi pada 1993.

Lebih lanjut, Azerbaijan menyambut baik dan menghargai dukungan yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB, serta pernyataan yang dibuat oleh Kementerian Luar Negeri dan parlemen Indonesia selama Perang Karabakh Kedua.

Bersamaan dengan itu, baik Azerbaijan maupun Indonesia sering kali saling memberikan dukungan tanpa syarat pada pencalonan dan inisiatif satu sama lain di dalam organisasi-organisasi internasional.

Indonesia pun merupakan salah satu negara pertama yang mendukung inisiatif Presiden Ilham Aliyev untuk menyelenggarakan sidang daring khusus Majelis Umum PBB tingkat kepala negara dan pemerintahan tentang COVID-19.

Azerbaijan juga selalu memberikan bantuan kemanusiaan kepada Indonesia apabila terdapat musibah bencana alam.

Bersamaan dengan itu, Azerbaijan berbagi pengalaman mengenai berdirinya merek dalam negeri, yang disebut “ASAN Service” dengan Indonesia, yang merupakan sistem “One Stop Shop” untuk semua layanan publik di bawah satu atap.

Kedua negara sangat mementingkan pengembangan kerja sama ekonomi lebih lanjut, dan dalam hal ini saling mendukung peningkatan dan perluasan kerangka hukum secara timbal balik.

Pada 2020, omset perdagangan kedua negara berada di angka sebesar 31 juta dolar AS (sekitar Rp445,52 miliar).

Namun, dengan adanya kontak erat baru-baru ini antara otoritas pemerintah terkait dan perusahaan antara kedua negara, mulai 2021 telah terjadi peningkatan yang signifikan, baik ekspor energi ke Indonesia maupun omset perdagangan antara kedua negara.

Selama 2021, omset perdagangan antara kedua negara berada di angka 174.107.000 dolar AS (sekitar Rp2,5 triliun), yang 169.783.700 dolar AS (sekitar Rp2,44 triliun) di antaranya adalah ekspor minyak dari Azerbaijan ke Indonesia.

Sebagian besar ekspor Azerbaijan ke Indonesia adalah minyak mentah dan produk minyak mentah dari mineral bitumen, sedangkan bahan impor utama dari Indonesia antara lain adalah minyak sawit mentah, minyak kelapa, bahan kayu (kayu), panel berlapis, tekstil, dan kopi.

Pembentukan dan peningkatan kerja sama antara kalangan akademis kedua negara juga merupakan salah satu bidang penting yang tetap menjadi fokus utama.

Sejak 2012, Center for Indonesian Studies beroperasi di Azerbaijan University of Languages (AUL) dan berhasil mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di Azerbaijan.

Selanjutnya, sejak 2018, Azerbaijan memberikan beasiswa untuk semua jenjang pendidikan tinggi di berbagai universitas di Azerbaijan bagi warga negara anggota OKI dan Gerakan Non-Blok, yang di dalamnya Indonesia juga menjadi anggota.

Bidang prioritas kerja sama lainnya antara kedua negara adalah pendalaman ikatan budaya. Budaya memainkan peran sebagai jembatan yang menyatukan orang dan bangsa.

Oleh karena itu, sejak 2016 hingga 2019, Indonesia menggelar empat festival budaya di Baku, ibu kota Azerbaijan.

Azerbaijan juga berencana menyelenggarakan Pekan Budaya Azerbaijan pertama di Indonesia, pada 2020. Sayangnya, karena merebaknya pandemi COVID-19 dan aturan pembatasan kegiatan dan bepergian, rencana itu ditunda.

Setelah pandemi COVID-19 berakhir, Azerbaijan berharap dapat mewujudkan acara budaya tersebut.

Azerbaijan dan Indonesia juga memiliki rencana besar untuk mengadakan kegiatan-kegiatan berikutnya di bidang politik luar negeri, energi, dan pariwisata pascapandemi.

Harus digarisbawahi bahwa Azerbaijan dan Indonesia memiliki banyak kesamaan, terutama perihal masyarakat dan sosial budaya.

Kedua negara sama-sama memiliki tradisi milenium multikulturalisme dan toleransi. Agama merupakan nilai bersama terpenting yang dimiliki oleh masyarakat kedua negara. Bahkan, bahasa Azerbaijan dan bahasa Indonesia memiliki banyak kata dan frasa yang umum karena pengaruh Islam.

Berbicara tentang kedekatan budaya dan ikatan agama, kita tidak dapat melewatkannya tanpa menyentuh kedekatan sejarah antara Azerbaijan dan Indonesia.

Menurut sejumlah ulama terkenal, Maulana Malik Ibrahim, yang merupakan salah satu dari sembilan Wali Songo pertama dan bersama dengan saudaranya Maulana Ishak, memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di seluruh pulau Jawa dan wilayah lain di Indonesia saat ini.

Beliau berasal dari Azerbaijan. Ini adalah bukti bahwa hubungan antara kedua negara dimulai enam abad yang lalu, sejak abad ke-15.

*) Intigam Huseynov adalah Sekretaris II Kedutaan Besar Republik Azerbaijan untuk Republik Indonesia


Baca juga: Azerbaijan tegaskan komitmen perkuat hubungan bilateral dengan RI

Baca juga: Potensi ekonomi RI-Azerbaijan lebih besar


Azerbaijan tingkatkan kerja sama dengan RI

Copyright © ANTARA 2022