Shanghai (ANTARA) - Kota terpadat di China, Shanghai, memperketat fase pertama dari dua tahap penguncian COVID-19 pada Selasa.
Kota itu juga meminta beberapa penduduk untuk tinggal di dalam rumah kecuali mereka sedang menjalani uji asam nukleat saat jumlah kasus harian baru melebihi 4.400.
Pusat keuangan Shanghai itu, yang dihuni 26 juta orang, berada di hari kedua penguncian yang diberlakukan oleh pihak-pihak berwenang dengan membagi kota secara kasar di sepanjang Sungai Huangpu, yang memisahkan pusat kota bersejarah itu dari wilayah timur distrik keuangan dan industri Pudong untuk memungkinkan pengujian.
Sementara beban kasus Shanghai tetap ringan menurut standar global--rekor 4.381 kasus tanpa gejala dan 96 kasus bergejala untuk hari Senin--kota itu telah menjadi tempat pengujian untuk strategi "nol-COVID" China ketika mencoba mengendalikan varian Omicron yang sangat menular.
Warga di sebelah timur Huangpu dikurung di kompleks perumahan mereka pada Senin tapi sebagian besar diizinkan berkeliaran di dalam kompleks itu.
Namun, pada Selasa, tiga warga mengatakan kepada Reuters bahwa pengurus lingkungan telah memberi tahu mereka bahwa mereka tidak lagi diizinkan keluar dari rumah.
"Anak-anak masih piknik kemarin dan bersenang-senang," kata salah satu dari mereka, yang menolak disebutkan namanya, dengan alasan masalah privasi.
Wu Qianyu, seorang pejabat di komisi kesehatan kota, mengatakan pada pengarahan bahwa "seruan yang jelas" telah dibuat kepada penduduk untuk tidak meninggalkan apartemen mereka, bahkan untuk membawa hewan peliharaan berjalan-jalan atau membuang sampah, selama "tahap terpenting dalam pengujian asam nukleat".
Dia mengatakan 8,26 juta tes dilakukan oleh sebanyak 17.000 personel pengujian di distrik-distrik kota yang terkunci pada Senin.
“Sejumlah besar staf medis, kader akar rumput, pekerja sosial, dan sukarelawan bekerja keras bersama-sama di garis depan pencegahan dan pengendalian epidemi, dan harus diberi ucapan terima kasih,” kata Wu.
Ada tanda-tanda frustrasi yang berkembang di media sosial China dan lusinan penduduk berbondong-bondong ke platform Weibo untuk mencari bantuan kerabat. Beberapa orang berjuang untuk mengakses layanan medis.
Meskipun China berpegang teguh pada rencananya untuk memusnahkan wabah, para ahli di luar negeri tetap skeptis tentang kemanjuran penguncian dalam menghadapi varian baru yang sangat menular.
"Jelas dari pengalaman Australia dan di tempat lain di dunia bahwa penguncian sama sekali tidak efektif terhadap Omicron--jadi perkirakan gelombang besar akan datang," kata Adrian Esterman, ahli biostatistik di Universitas South Australia.
Sumber: Reuters
Baca juga: Shanghai perketat kebijakan pengendalian di tengah lonjakan COVID-19
Baca juga: Penerbangan internasional ke Shanghai dijadwal ulang di tengah lonjakan COVID-19
Baca juga: Shanghai perketat langkah antiepidemi di tengah lonjakan COVID-19
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022