... bahkan dengan persenjataan dan peralatan tidak memadai... memaksa pasukan penjajah, yang berniat tinggal selamanya, memikirkan ulang posisi mereka...

Kabul (ANTARA News) - Taliban hari Jumat berjanji melanjutkan perang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan, dalam sebuah pernyataan yang menandai 10 tahun operasi militer AS di negara itu.

Perang kelompok itu dalam satu dasawarsa terakhir, "bahkan dengan persenjataan dan peralatan tidak memadai... memaksa pasukan penjajah, yang berniat tinggal selamanya, memikirkan ulang posisi mereka", kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam pernyataan berbahasa Inggris.

Presiden Hamid Karzai dan para pendukung Barat sepakat semua pasukan asing akan pulang ke negara mereka sebelum akhir 2014, namun Barat menjanjikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu, dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

7 Oktober merupakan peringatan tahun ke-10 operasi militer AS di Afghanistan, yang diluncurkan setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS dan yang membantu menggulingkan pemerintah Taliban dari kekuasaan.

Seorang juru bicara pasukan pimpinan NATO yang berperang di Afghanistan mengatakan, mereka tidak mempunyai rencana untuk memperingati invasi itu.

Namun, kemajuan dalam perang itu dipersoalkan, dengan kedua pihak mengklaim berada di atas angin.

"Dengan berlalu jihad 10 tahun rakyat Afghanistan yang membanggakan terhadap pasukan invasi, kami harus mengingatkan bahwa kemenangan Ilahi bersama kami," kata pernyataan email Mujahid itu.

"Jika kami berpegang kuat pada tali Allah, menghindari ketidaktulusan, perseteruan, kemunafikan dan keburukan-keburukan lain, maka dengan bantuan Allah, musuh kami akan terpaksa meninggalkan negara kami sepenuhnya," kata pernyataan itu.

Gerilyawan meningkatkan serangan pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan lalu.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak rakitan) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011