Menjalankan ibadah haji ke Arab Saudi sesungguhnya semata-mata bukan hanya melakukan sejumlah kegiatan ritual sebagai tamu Allah, tapi lebih dari itu juga merupakan kegiatan fisik yang cukup berat.
Banyak calon haji lupa atau mungkin mengabaikan bahwa selama berada di Tanah Suci Mekkah dan Madinah, mereka akan dihadapkan dengan berbagai kegiatan ibadah sekaligus melakukan kegiatan fisik.
Seringkali jamaah saat tiba di Tanah Suci lupa terhadap kondisi fisiknya. Mereka begitu tiba di Madinah banyak yang langsung menjalankan shalat lima waktu di Masjid Nabawi untuk mengejar Arbain.
Bahkan tidak sedikit dari mereka saat mengejar untuk memperoleh dari pahala, lupa terhadap kebutuhan badannya sendiri seperti makan cukup dan teratur serta istirahat (tidur) cukup.
Sesungguhnya kondisi fisik mereka lemah dan sakit tapi karena mengejar keinginan untuk beribadah keadaan tersebut diabaikan.
Jamaah sebetulnya bisa mengukur diri sendiri apakah kondisi fisiknya lemah atau tidak, orang lain bahkan saudara terdekat atau teman sekalipun.
Tanpa bermaksud menyalahkan takdir, wafatnya seorang jamaah calon haji asal Kebumen, Jawa Tengah, Kasiyah binti Ahmad Disan (79) di Balai Pengobatan Haji Indonesia Madinah, Arab Saudi, Selasa (4/10) disebabkan ia mengabaikan makan yang cukup.
"Menurut keluarganya, sejak masuk ke Arab Saudi, Kasiyah tetap mengikuti acara ziarah dengan keluarganya, dan pingsan saat ziarah. Ternyata pingsannya ini kekurangan kalori," kata Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Madinah Dr Subagyo.
Kasiyah yang meninggal pada Selasa (4/10) pukul 15.30 waktu setempat atau pukul 19.30 WIB merupakan jemaah haji asal embarkasi S0C (Solo) 2 yang dirujuk oleh kerabatnya ke Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPIH) setelah mengalami pingsan saat melakukan ziarah di Madinah.
Saat mendapat perawatan di BPHI, kata Subaygio, Kasiyah sempat siuman dan kondisinya stabil. Namun saat keluarga yang mengantarkannya kembali ke sektor IV, kondisinya kembali lemas dan organnya tidak berfungsi.
"Masalah ketuaan membuah kondisinya labil. Kekurangan kalori, kelompok 65 tahun ke atas harus dapat pendampingan dan almarhumah semasa hidupnya memang ada hipertensi," katanya.
Subagyo mengingatkan agar para jemaah harus betul-betul mempersiapkan dengan baik saat melakukan perjalanan haji, termasuk menjaga kesehatannya.
"Harus mau makan, minum harus mau. Apalagi masalah ketuaan, kondisinya sangat labil," kata Subagyo.
Sementara untuk menjaga kesehatan, Kepala Bidang Kesehatan Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Dr Mawai Edi mengingatkan jamaah calon haji disarankan terus menggunakan masker selama berada di Arab Saudi untuk menghindari penyakit saluran pernafasan.
"Suhu panas dan kelembaban rendah bisa sebabkan serangan saluran pernafasan yang berakibat tenggorokan kering, gatal dan terasa ingin batuk," kata Mawari.
Dikatakannya, rata-rata suhu di Arab Saudi saat ini cukup terik sehingga bagi warga Indonesia menjadikan cepat letih ketimbang berada di Indonesia.
Dia mengingatkan kelembaban udara rendah sehingga perlu diwaspadai jemaah calon haji.
Oleh sebab itu, katanya menyarankan calhaj hendaknya terus menggunakan masker dimanapun berada terutama saat berada di tempat terbuka.
"Penggunaan masker itu penting untuk cegah serangan saluran pernafasan dan jaga kelembaban udara. Jadi walaupun tidak sakit dianjurkan tetap pakai masker" kata Mawari.
Hal lain yang perlu dilakukan calon haji (calhaj), tambahnya, perlu secara rutin minum air putih setidaknya tiga liter sehari.
Air putih penting dikonsumsi untuk menjaga dehidrasi dan meningkatkan daya tahan tubuh.
"Kalau sudah dehidrasi maka bisa menyebabkan disorientasi sehingga bisa menyebabkan daya tahan tubuh lemah dan pada akhirnya mudah sakit," katanya menambahkan.
Dari pengalaman tahun-tahun lalu, serangan saluran pernafasan merupakan penyakit yang paling banyak menyerang calhaj.
"Kami dari BPHI sudah 100 persen menyiapkan diri dengan tenaga dokter umum, bedah, jantung dan perawat untuk membantu calhaj," katanya.
Sesekali boleh
Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mekah Arsyad Hidayat mengingatkan jamaah hendaknya harus bener-benar mempersiapkan diri secara fisik saat menjalankan ibadah haji.
"Sesekali boleh menjalankan ibadah sunah tapi hendaknya jangan terlalu memaksakan diri sehingga nanti malah sakit dan tidak bisa jalankan ibadah wajibnya," katanya.
Dia mengingatkan rangkaian ibadah haji selama 40 hari di Tanah Suci Mekkah bukanlah ibadah ringan dan memerlukan fisik yang prima, karena harus tawaf, sai, serta jalan kaki menuju Arafah saat puncak Haji.
Arsyad menilai jamaah Indonesia selama ini memang terlalu bersemangat saat tiba di Tanah Suci sehingga tidak lagi memperdulikan kondisi fisiknya yang letih setelah menempuh perjalanan udara dari Jakarta sekitar sembilan jam.
Memang dapat dipahami alasan para jamaah untuk terus melakukan ibadah mengingat ada kesan "Kapan lagi dapat pahala besar mumpung berada di Tanah Suci".
Belum lagi saat ini untuk bisa berangkat menjalankan ibadah haji harus antre sekitar empat hingga lima tahun.
Saya memang bisa paham alasan jamaah mengapa memaksakan diri untuk ibadah. Tapi hendaknya mereka juga bisa tahu kondisi fisiknya masing-masing," katanya.
Apalagi, katanya, memang ada hadist Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa apabila shalat lima waktu di Masjid Nabawi pahalanya 1.000 kali lipat dan di Masjid Haram 100 ribu kali lipat dibading shalat di masjid lain.
Untuk itu dia mengingatkan jangan sampai jamaah terlalu memaksakan diri beribadah, sesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing, sehingga nanti saat pucak haji di Arafah yang wajib hukumnya bisa menjalankan dengan baik.
(A025/Z002)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011