"Dengan menyelamatkan bekantan maka kita juga menjaga keberlangsungan hidup manusia," kata pendiri Yayasan SBI Amalia Rezeki di Banjarmasin, Senin.
Atas pentingnya penyelamatan bekantan yang terancam punah, maka pada peringatan Hari Bekantan tepat hari ini 28 Maret 2022, SBI mengangkat tema "Selamatkan Bekantan Selamatkan Peradaban Manusia".
Menurut Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki, upaya konservasi bekantan sebagai hewan endemik pulau Kalimantan yang jadi maskot fauna Kalimantan Selatan adalah harga mati.
Baca juga: Yayasan SBI: Menteri LHK teken Sertifikat Bekantan Awards 2022
Baca juga: Universitas Lambung Mangkurat totalitas dukung konservasi bekantan
Bekantan oleh lembaga konservasi Internasional IUCN masuk dalam daftar merah sejak tahun 2000 dengan status konservasi endangered (terancam kepunahan). Selain itu, bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).
"Makanya pelestarian monyet hidung panjang
dengan rambut berwarna cokelat kemerahan ini harus terus digaungkan agar generasi penerus di masa depan masih bisa melihat hewan ini hidup di alam," kata peraih ASEAN Youth Eco Champion 2018 di Kamboja atas dedikasinya terhadap pelestarian bekantan.
Momen spesial peringatan Hari Bekantan tahun ini dimeriahkan dengan gelaran Bekantan Awards 2022 yang sertifikat penghargaannya diteken langsung Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) RI Siti Nurbaya Bakar.
Ketua Dewan Penasehat SBI Darmawan Jaya Setiawan mengatakan, penerima Bekantan Awards tahun ini ada 4 personal dan satu lembaga, yaitu Bupati Barito Kuala Hj Noormiliyani, Rektor ULM Prof Sutarto Hadi, guru besar University Of New Castle, Australia Prof Timothy Roberts Kilgour, Prof Hadi Sukadi Alikodra peneliti senior bekantan dan PT. Pertamina Integrated Terminal Banjarmasin.
Baca juga: Bayi bekantan lahir di Bekantan Rescue Center Banjarmasin
Baca juga: 25 ribu bekantan Kalimantan terancam punah
Turut hadir membuka acara di Aula Rektorat ULM di Banjarmasin itu Gubernur Kalimantan Selatan Dr (HC) H Sahbirin Noor yang pada tahun 2018 lalu jadi penerima anugerah Bekantan Awards edisi perdana.
Kegiatan juga dirangkai seminar internasional menghadirkan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Alue Dohong sebagai pembicara utama, Rektor ULM Prof Sutarto Hadi, Prof Timothy Robert Kilgour dari University of New Castle, Australia,
Prof Hadi Sukadi Alikodra peneliti senior bekantan dari IPB dan Amyra Atheefa Sandiaga Uno selaku Youth Internasional Ambassador of Bekantan di New York, Amerika Serikat.
Prof Sutarto mengapresiasi kerja keras SBI selama ini karena begitu komitmen dalam upaya pelestarian lingkungan lahan basah yang di dalamnya hidup bekantan.
Apalagi sejalan dengan misi ULM sebagai universitas terkemuka dan berdaya saing di bidang lingkungan lahan basah.
"Makanya kami terus mendorong mahasiswa dan dosen melakukan lebih banyak penelitian terutama di wilayah konservasi bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala," katanya.
Menurut Sutarto, banyak aspek yang bisa diteliti dan dikembangkan. Sehingga habitat bekantan kedepannya tak hanya sebagai tempat hidup yang nyaman bagi bekantan dan hewan lainnya namun juga berdampak positif bagi masyarakat secara luas.
"Pariwisata minat khusus bekantan bisa jadi ikon pariwisata Kalsel yang mendunia. Saya mencoba membantu agar lebih banyak kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri seperti yang sudah berjalan University of New Castle," jelasnya.
Baca juga: Nur Asia Uno: Pelestarian bekantan dikampanyekan di IMFW 2021
Baca juga: Ekowisata bekantan dukung program pembangunan pariwisata berkelanjutan
Turut hadir membuka acara di Aula Rektorat ULM di Banjarmasin itu Gubernur Kalimantan Selatan Dr (HC) H Sahbirin Noor yang pada tahun 2018 lalu jadi penerima anugerah Bekantan Awards edisi perdana.
Kegiatan juga dirangkai seminar internasional menghadirkan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Alue Dohong sebagai pembicara utama, Rektor ULM Prof Sutarto Hadi, Prof Timothy Robert Kilgour dari University of New Castle, Australia,
Prof Hadi Sukadi Alikodra peneliti senior bekantan dari IPB dan Amyra Atheefa Sandiaga Uno selaku Youth Internasional Ambassador of Bekantan di New York, Amerika Serikat.
Prof Sutarto mengapresiasi kerja keras SBI selama ini karena begitu komitmen dalam upaya pelestarian lingkungan lahan basah yang di dalamnya hidup bekantan.
Apalagi sejalan dengan misi ULM sebagai universitas terkemuka dan berdaya saing di bidang lingkungan lahan basah.
"Makanya kami terus mendorong mahasiswa dan dosen melakukan lebih banyak penelitian terutama di wilayah konservasi bekantan di Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala," katanya.
Menurut Sutarto, banyak aspek yang bisa diteliti dan dikembangkan. Sehingga habitat bekantan kedepannya tak hanya sebagai tempat hidup yang nyaman bagi bekantan dan hewan lainnya namun juga berdampak positif bagi masyarakat secara luas.
"Pariwisata minat khusus bekantan bisa jadi ikon pariwisata Kalsel yang mendunia. Saya mencoba membantu agar lebih banyak kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri seperti yang sudah berjalan University of New Castle," jelasnya.
Baca juga: Nur Asia Uno: Pelestarian bekantan dikampanyekan di IMFW 2021
Baca juga: Ekowisata bekantan dukung program pembangunan pariwisata berkelanjutan
Baca juga: Pemprov Kalsel dukung pengembangan konservasi bekantan di Batola
Pewarta: Firman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022