Jakarta (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim Agus Purnomo menegaskan bahwa ia tidak mempersoalkan artikel di blog Center for International Forestry Research (CIFOR) terkait pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka Konferensi Internasional Kehutanan Indonesia: Alternative futures to meet demands for food, fibre, fuel, and REDD+ di Jakarta, Selasa (27/9) lalu.
"Saya tak mempersoalkan itu. Lagi pula bagi saya cukup jelas mana yang dikutip dari pidato Presiden dan mana yang bukan," kata Agus saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Bahwa artikel itu dipersoalkan Asosiasi Pulp dan Kertas (APKI) karena mereka menganggap mengaburkan pidato Presiden dan merugikan mereka, menurut dia, itu interpretasi asosiasi itu. Ia tidak dalam posisi untuk melibatkan diri, dan tidak merasa perlu.
"Karena bagi saya , artikel itu jelas. Kutipan pidato Presiden ditulis dalam tanda kutip. Jadi tidak benar kalau saya mengakui ada pengaburan pidato Presiden dalam artikel itu," tandas Agus Purnomo .
Dikatakannya, jika dalam artikel itu ada data lain di luar isi pidato Presiden adalah sah-sah saja dan tidak perlu dipersoalkan.
"Tapi, sekali lagi, saya tidak mau melibatkan diri dalam persoalan yang menurut saya aneh ini," katanya.
Kecaman APKI
Seperti diberitakan, Ketua Presidium APKI Muhammad Mansur mengecam CIFOR terkait artikel di blog CIFOR pada 27 September 2011, yang berjudul "Indonesia`s leader says he will dedicate final years of his presidency to protect rainforest" yang ditulis Daniel Cooney.
Mansur menuding artikel yang banyak mengutip pernyataan Presiden SBY tersebut mengaburkan pernyataan yang dikutip dari Presiden dengan data lain yang disisipkan, sehingga seolah data lain tersebut juga merupakan kutipan dari pernyataan Presiden.
Ia mencontohkan di alinea kelima --alinea sebelum dan sesudahnya merupakan kutipan pernyataan Presiden-- terdapat kalimat "Indonesia kehilangan kira-kira 1,1 juta hektare (ha) hutannya setiap tahun. Sebagian besar disebabkan oleh penebangan yang tidak lestari yang meliputi konversi hutan menjadi perkebunan untuk kelapa sawit dan industri pulp dan kertas....".
Juga di alinea kedelapan ".. menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca tertinggi di dunia".
"Seolah-olah SBY mengucapkan itu. Ini sangat merugikan, dan bisa memojokkan asosiasi industri pulp dan kertas," kata Mansur.
(S024/A011)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011