Washington (ANTARA News/AFP) - Membangun demokrasi di Tunisia jauh lebih sulit ketimbang melancarkan revolusi yang menggulingkan mantan presiden, kata Perdana Menteri Beji Caid Essebsi, Selasa (4/10).
"Kami telah banyak mengajukan pertanyaan kepada diri kami sendiri dalam revolusi kami," ia mengatakan pada konferensi Bank Dunia di Washington, Amerika Serikat.
"Tapi kami tahu, dari pengalaman, masa peralihan ini tidak mudah," kata Essebsi.
"Kami telah mengikuti ... peralihan yang telah berlangsung dalam rejim seperti di Spanyol, Portugal, negara (Eropa) timur," kata Perdana Menteri Tunisia itu sebagaimana dikutip AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu malam.
"Dan percayalah pada saya, masa peralihan sangat sulit. Itu jauh lebih berat daripada membangun satu negara," katanya.
Essebsi (84), yang dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Barack Obama pada Jumat (7/10), mengenang bahwa ia memiliki peluang untuk ikut dalam pembangunan Tunisia modern setelah kemerdekaan pada 1956.
"Tapi itu berbeda dengan enam, tujuh bulan yang telah kami lalui, benar-benar bulan yang berat, amat sangat berat, terutama rakyat yang membuat revolusi ini sedang menunggu untuk memperoleh semuanya, sekarang juga," katanya.
Sejak revolusi rakyat pada Januari yang menggulingkan presiden Zine el Abidine Ben Ali, yang telah memerintah selama 24 tahun, dua pemerintah berturut-turut didirikan dan jatuh sebelum Essebsi memangku jabatan.
"Ini lah pemerintah ketiga, yang saya pimpin, untuk berusaha memelihara dan membantu menjamin bahwa pengorbanan yang dibuat oleh generasi pemuda ini --yang melancarkan revolusi-- bertahan dan tidak hilang percuma," katanya.
Pemerintah Essebsi telah menetapkan 23 Oktober bagi pemilihan anggota majelis baru, yang antara lain akan bertugas menyusun undang-undang dasar baru.
"Saya berharap kami takkan lagi ada di sini setelah tanggal 23, sebab akan ada majelis baru konstituensi yang akan memilik hak sah, dari kota suara," katanya.
"Tanggung jawab kami ialah melakukan perubahan, buat diri kami, selain juga buat dunia Arab dan dunia Muslim," tambahnya.
(Uu.C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011