Jakarta (ANTARA) - Film "Rio the Survivor" mengisahkan tentang perjalanan seorang anak dengan HIV untuk mendapatkan hak hidup dan pendidikan demi mengejar impian.
"Harapannya cerita di film ini nanti bisa sampai ke masyarakat," kata sutradara Yudie Oktav dalam jumpa pers, dikutip pada Minggu.
Baca juga: Histori Rock Indonesia, era 2000-an banjir musik alternatif
Film yang diklaim tayang perdana di Festival Film Durban Afrika Selatan tersebut menampilkan jajaran pemain yaitu Raditya Evandra, Sri Widayati, Akinza Chevalier, Kiyosaki M, Abdqori Narendra Afandi, Brydden Fablo Escobar, dan Bambang Pamungkas.
"Rio the Survivor" pun diangkat berdasarkan kisah nyata seorang anak yang hidup dengan HIV dan berjuang untuk hak untuk hidup dan untuk pendidikan. Rio Sudiro (11 tahun) telah hidup dengan HIV sejak lahir, dan kedua orang tuanya telah meninggal karena AIDS.
Ayah Rio meninggal saat dia masih dalam kandungan ibunya dan ibunya baru saja meninggal setahun yang lalu. Setelah ibunya meninggal, Rio diasuh oleh neneknya. Mereka hidup dengan berjualan gorengan di depan rumah dan juga ada warung-warung lain di sekitarnya yang menjual gorengan mereka.
Rio adalah anak muda yang cerdas, kreatif, dan ramah yang suka bermain sepak bola dan melakukan pantomim sebagai hobi. Dia bahkan telah memenangkan penghargaan di beberapa kompetisi pantomim anak-anak. Rio juga merupakan pemain andalan di tim sepak bola sekolahnya dan timnya saat ini sedang mengikuti kompetisi sekolah dasar.
Baca juga: Ketika indie menjadi arus utama, bagaimana dengan musik rock?
Namun, masalah muncul ketika orang tua dari teman-temannya di sekolah mengetahui bahwa Rio adalah anak pengidap HIV. Karena kurangnya informasi dan pemahaman yang benar tentang HIV dan AIDS, Rio menghadapi diskriminasi dari mereka dan terpaksa meninggalkan sekolah.
Berita tentang Rio yang hidup dengan HIV juga menyebar di sekitar lingkungannya. Teman-teman desanya menjauh dan tetangganya berusaha mengusir Rio dan neneknya dari desa.
Diskriminasi yang dialaminya membuat Rio sangat sedih dan putus asa, namun neneknya meyakinkannya untuk tetap tegar. Untungnya Rio juga memiliki tiga sahabat, yaitu Rendi, Andi, dan Tono. Mereka berusaha mencari informasi yang benar tentang HIV dan AIDS.
Setelah mengetahui bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial biasa, mereka tetap berteman dengan Rio dan tidak menjauhinya. Mereka bahkan berusaha menyebarkan informasi yang benar tentang HIV dan AIDS kepada tetangga Rio dan orang tua mereka. Pengalaman ini membuat Rio percaya diri menghadapi hidup kembali.
Film ini tayang di bioskop Indonesia mulai 31 Maret 2022.
Baca juga: Troye Sivan kisahkan stigma tentang HIV/AIDS di film "Three Months"
Baca juga: "Nada Untuk Asa" ajarkan keberanian hidup
Baca juga: Hapus stigma HIV/AIDS lewat Film Cinta dari Wamena
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022