"Ini (DPO-red) yang kami kedepankan. Jadi target operasi kepolisian," kata Kapolri usai menghadiri peringatan hari jadi ke-66 Tentara Nasional Indonesia di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan saat ini timnya masih bergerak dalam rangka penyelidikan. "Kita tunggu saja hasilnya," ujar Timur singkat.
Sebelumnya, tim gabungan kepolisian berhasil menangkap salah satu jaringan teroris Cirebon dan Solo, Beni Asri di Jorong Kasiak, Nagari Koto Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Beni hanyalah salah satu DPO kasus bom Cirebon. Foto dan nama Beni berada di deretan bawah, terselip di antara sembilan foto lainnya yang disebar oleh Mabes Polri sebagai DPO tindak pidana terorisme.
Dalam daftar itu, juga tercantum foto dan nama Ahmad Yosepa Hayat, pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton, Solo Jawa Tengah pada Minggu (25/9). Hayat ditemukan tewas dengan isi perut terburai usai meledakkan bom yang dia lilitkan di perutnya.
Selain Hayat yang telah tewas dan Beni yang ditangkap itu, masih ada delapan nama buronan kasus teroris yang masih berkeliaran bebas dan tidak jelas keberadaannya.
Mereka adalah Yadi alias Hasan alias Abu Fatih alias Vijai, Nanang Irwan alias Nanang Ndut, Heru Komarudin, Umar alias Bujang, Santoso alias Santo alias Abu Wardah, Cahya alias ramzan, Imam Rasyidi alias Imam Sukanto alias Harun alias Yasir, dan Taufik Bulaga alias Taufik Lawangan.
Dari delapan DPO itu, Taufik Bulaga alias Taufik Lawanga merupakan nama yang paling tenar. Rekam jejak Taufik Bulaga cukup panjang dalam dunia terorisme di Indonesia.
Dia diduga terlibat aksi bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan pada 19 Juli 2009. Kemampuan jebolan Moro, Filipina, tersebut dalam meracik bom disetarakan dengan sang maestro, Dr. Azahari, yang tewas dalam sebuah penyergapan di Malang, Jawa Timur pada 9 November 2005 silam.
(T.R018/D009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011