Tanjungpinang (ANTARA) - Bulan ini, tepat dua tahun COVID-19 menyerang Provinsi Kepulauan Riau. Petugas kesehatan menemukan kasus pertama COVID-19 di Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau.

Seorang pria lansia yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang di Pasar Baru Tanjungpinang dinyatakan tertular COVID-19 setelah beberapa hari berobat di Malaysia.

Satgas Penanganan COVID-19 Kepri mengumumkan kasus aktif perdana tersebut kepada publik, yang kemudian muncul kasus baru lainnya.

Kondisi Kepri pun drastis berubah seiring dengan rasa was-was, yang menyelimuti masyarakat. Jalan terlihat sepi dan toko tutup setelah Satgas Penanganan COVID-19 melakukan pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus itu.

Aktivitas perekonomian pun lumpuh, rumah ibadah tampak sepi, aktivitas sekolah ditutup, dan bahkan roda pemerintahan tidak berjalan normal.

Tidak ada pesta pernikahan, ulang tahun, dan perayaan lainnya yang dapat menimbulkan kerumunan massa. Penyelenggaraan Pilkada Kepri tahun 2020 pun dilakukan jauh lebih sederhana, tanpa kerumunan massa sehingga dapat menghemat anggaran belasan miliar rupiah.

Dua tahun lalu, berbagai hambatan juga terjadi dalam penanganan COVID-19, seperti hasil pemeriksaan tes usap dengan metode PCR baru dapat diketahui paling cepat dua pekan. Sementara ribuan orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 menunggu hasilnya, dengan penuh kecemasan.

Baca juga: Satgas: Jumlah kasus aktif COVID-19 di Kepri masih 851 orang

Mulai jenuh

Kondisi itu diperparah dengan ribuan pasien dalam kondisi tidak stabil. Sampai hari ini, sebanyak 1.882 orang meninggal dunia akibat COVID-19. Pasien banyak tidak tertolong pada tahun pertama COVID-19 menjalar ke Kepri.

Bahu-membahu, gotong-royong mewarnai penanganan COVID-19 di sejumlah rumah sakit. Tidak salah bila pemerintah pusat menyatakan investasi sosial di Kepri, cukup tinggi, sehingga melahirkan orang-orang yang peduli terhadap sektor kesehatan.

Hampir seluruh elemen masyarakat bergerak membantu tenaga medis, memberi bantuan masker, cairan pembersih tangan, dan disinfektan. Puluhan perusahaan juga menyumbang obat-obatan, baju hazmat dan peralatan medis lainnya.

Sejumlah relawan COVID-19 juga menggalang bantuan sembako dan membagikannya kepada keluarga yang terdampak COVID-19. Bantuan tersebut sebagai stimulus tambahan dari bantuan sosial yang juga diberikan pemerintah.

COVID-19 seolah-olah tidak pernah lelah menyerang manusia di Kepri, meski pemerintah menyerukan untuk hidup berdampingan dengannya. "New normal" sebuah istilah yang menggema, bukan karena lelah melawan, tetapi harus pandai beradaptasi dengan kondisi yang berbeda.

Era kebiasaan baru itu belum mampu menurunkan tensi COVID-19. Virus itu semakin mengganas, bermutasi dengan berbagai nama, seperti Alfa, Delta, dan sekarang Omicron. Delta diklaim ahli kesehatan jauh lebih ganas dibanding COVID-19 dan varian lainnya.

Kemudian muncul istilah baru "gas dan rem". Istilah ini muncul seiring dengan strategi pemerintah untuk menurunkan kasus aktif COVID-19 yang terus meningkat hingga awal tahun 2021. "Rem" atau membatasi kegiatan sosial masyarakat dilakukan bila kasus aktif meningkat, sementara "gas" berupa sinyal untuk mengembalikan kondisi ke arah normal, namun secara bertahap.

Dari istilah itu, seluruh sektor kehidupan mulai bergerak, meski terbatas. Aktivitas masyarakat nyaris kembali normal setelah Agustus 2021. Berbagai pihak menghubungkan itu rasa jenuh masyarakat yang selama ini merasa dikurung, sementara mereka harus tetap bekerja untuk memperoleh pendapatan.

"Masyarakat mulai jenuh, sudah lama sekali mereka dibatasi ruang geraknya. Mereka bukan tidak takut dengan COVID-19, melainkan harus berkorban, nekat, untuk mendapatkan penghasilan dari bekerja," kata Koordinator Relawan COVID-19 Tanjungpinang, Rudy Chua, yang juga anggota DPRD Kepri.

Baca juga: Kepri gesa vaksinasi penguat 30 persen demi kelonggaran tes PCR wisman

Penduduk Miskin

Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin di wilayah itu pada September 2021 mencapai 137,75 ribu orang, berkurang sebanyak 6.071 orang dibandingkan dengan Maret 2021 yang sebesar 144,46 ribu orang.

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2021 sebesar 5,72 persen, turun menjadi 5,37 persen pada September 2021, sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2021 sebesar 11,10 persen, juga turun menjadi 10,45 persen pada September 2021.

Kepala BPS Kepri Darwis Sitorus menjelaskan bahwa perkembangan garis kemiskinan atau pendapatan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan di daerah itu selama periode Maret 2021-September 2021 naik sebesar 1,78 persen, yaitu dari Rp642.425 per kapita per bulan pada Maret 2021 menjadi Rp653.853 per kapita per bulan pada September 2021.

Periode September 2020-September 2021, garis kemiskinan juga naik sebesar 5,88 persen, yaitu dari Rp617.532 per kapita per bulan pada September 2020 menjadi Rp653.853 per kapita per bulan pada September 2021.

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Menurutnya selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Baca juga: Gubernur Kepri klaim indikator penanganan COVID-19 sangat baik

Kepri Bangkit

Kasus pasien yang terinfeksi Omicron, varian COVID-19 tidak membuat masyarakat takut. Sebagian besar orang yang terinfeksi Omicron, tanpa gejala.

Dari data Satgas Penanganan COVID-19 Kepri ribuan orang juga cepat sembuh dari Omicron. Pasien yang tidak tertolong rata-rata lansia yang memiliki penyakit lain, seperti diabetes, paru-paru dan jantung.

Berdasarkan hasil penelitian Kemenkes, 90 persen dari sekitar 3 ribu orang yang tertular COVID-19, ternyata mengidap Omicron. Omicron memang jauh lebih cepat menular, namun tidak membahayakan dibanding varian COVID-19 lainnya.

Kasus aktif COVID-19 yang mulai muncul kembali pada awal tahun 2022, tidak membuat pemerintahan kalut, seperti dua tahun lalu. Masyarakat juga tetap beraktivitas seperti biasa.

Namun, aktivitas di sekolah dibatasi sementara, terutama bila ditemukan klaster baru di sekolah tersebut.

Era kebiasaan baru di masa kini lebih dirasakan masyarakat seiring dengan geliat perekonomian dan berbagai kebijakan yang mempermudah masyarakat untuk beraktivitas baik di dalam daerah maupun ke luar negeri.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kepri Tjetjep Yudiana menyatakan aktivitas masyarakat kembali berjalan normal seiring dengan kebijakan pemerintah, yang mulai membuka akses pembatasan sosial sebelumnya. Kebijakan itu sebagai langkah strategis untuk meningkatkan sektor perekonomian yang terpuruk dalam dua tahun terakhir.

Pemerintah baru berani mengambil langkah itu setelah memeriksa tingkat imunitas komunal di Kepri, yang mencapai 90 persen.

Kini perjalanan dalam negeri untuk meningkatkan sektor perekonomian juga jauh lebih mudah dibanding sebelumnya. Paket wisata berskala internasional pun mulai dibuka, sebagai percontohan Lagoi di Kabupaten Bintan dan Nongsa, Batam.

Paket wisata bernama gelembung perjalanan (Travel Bubble) yang mulai dibuka akhir Februari 2022 ternyata belum membuahkan hasil yang maksimal lantaran masih menyisakan persoalan, yang telah dievaluasi. Mulai dari pemeriksaan tes usap dengan metode PCR, tempat karantina, dan lokasi wisata dievaluasi.

Hasilnya, pemerintah pusat mengijinkan delapan pelabuhan berskala internasional di Pulau Bintan (Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan), dibuka mulai 1 April 2022.

Aktivitas masyarakat dalam negeri lebih awal dibuka. Beberapa pekan terakhir, tidak ditemukan pemeriksaan yang ketat di Bandara Hang Nadim, Batam, seperti pemeriksaan sertifikat vaksin atau aplikasi Pedulilindungi. Petugas maskapai hanya bertanya apakah penumpang tersebut sudah divaksin atau belum.

Namun, pemeriksaan masih dilakukan petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang dan Pelabuhan Punggur, Batam.

Gubernur Kepri Ansar Ahmad mengatakan kasus aktif COVID-19 di Kepri drastis berkurang dalam sebulan terakhir. Saat ini, jumlah kasus aktif COVID-19 di wilayah itu tinggal 562 orang, jauh berkurang dibanding bulan lalu yang mendekati 3 ribu orang.

Ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap COVID-19, terutama saat beraktivitas. Pembukaan akses masyarakat untuk beraktivitas harus diiringi dengan tekad untuk mencegah COVID-19 sehingga lebih produktif, dan tidak menimbulkan persoalan baru.*

Baca juga: Kasus aktif COVID-19 di Lingga tinggal 27 orang

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022