Denpasar (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI telah membeli 18 alat Whole Genome Sequencing (WGS) yang akan disebar ke seluruh Indonesia, dan salah satunya Bali untuk menangani penyakit prioritas.

"Alat ini sangat 'seksi' bagi seorang peneliti dan ini merupakan alat baru dan prioritas utama kesehatan, seperti penanganan stroke, kanker, infeksius dan lainnya," kata Menkes RI Budi Gunadi Sadikin dalam siaran persnya di Denpasar, Bali, Jumat.

Alat ini merupakan hibah dari Kemenkes yang selanjutnya akan dikelola Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali melalui kolaborasi dengan RSUP Sanglah Denpasar.

Baca juga: Epidemiolog: Masifkan pelacakan dan analisis WGS tekan kasus Omicron

Ia mengatakan ada lima penelitian yang akan didorong, jika di BRIN hasilnya berupa jurnal, di Kemenkes berupa kebijakan dan layanan. Selain itu, pihaknya tidak hanya memberikan alat saja, namun reagennya juga akan dibiayai dan diharapkan fokus ke treatment baru bagi penyakit. Penelitian yang akan dilakukan fokusnya ke produk layanan.

"Diharapkan dengan alat WGS, peneliti di Indonesia tidak kalah dengan peneliti dari luar negeri. WGS adalah metode yang digunakan untuk mengurutkan genom yang berada di organisme, seperti bakteri, virus dan manusia. Genom adalah materi genetik yang tersusun dari DNA," paparnya.

Baca juga: Pakar sebut 'whole genome sequencing' Indonesia perlu ditingkatkan

Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah perkuat WGS tangani pandemi

Rektor Unud Prof I Nyoman Gde Antara mengatakan bahwa alat tersebut berdampak untuk meningkatkan jumlah publikasi dan karya ilmiah."Selama ini banyak peneliti yang harus mengolah data, terutama yang berkaitan dengan genome sequencing dengan mengirim sampel ke luar negeri. Dengan keberadaan alat ini cukup memudahkan, dan publikasi akademis bisa ditingkatkan," katanya.

Ia mengatakan jika seluruh perangkat pendukung sudah lengkap akan langsung diinstalasi. Selain itu, Genzet juga sudah disiapkan dan disertai training untuk SDM, dan apabila sudah siap semuanya bisa segera dilakukan uji coba, sehingga bisa dimanfaatkan seluas-luasnya.

Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022