Moskow (ANTARA News) - Hamas akan mengakhiri perjuangan bersenjatanya melawan Israel, jika negara Yahudi itu keluar dari seluruh wilayah Palestina yang didudukinya, kata pemimpin gerakan tersebut kepada harian Rusia, Nezavisimaya Gazeta, dalam wawancara yang disiarkan Senin. "Jika Israel mengakui hak kami dan berjanji akan keluar dari seluruh wilayah pendudukan, Hamas, dan semua rakyat Palestina, akan memutuskan untuk menghentikan perlawanan bersenjata," kata pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) itu Khaled Meshaal, seperti dilansir AFP. Dalam pernyataan sebelumnya Meshal hanya mengatakan Hamas dapat menyetujui "gencatan senjata jangka panjang" dengan Israel kalau negara Yahudi tersebut bersedia kembali ke perbatasan 1967 dan mengakui hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri. Namun Meshal menambahkan dalam komentar paling akhirnya Hamas tak merasa terikat pada peta jalan perdamaian internasional mengenai Timur Tengah karena, dalam pandangannya, tak ada orang lain yang terikat olehnya. "Karena tak seorang pun terikat dengan pengaturan peta jalan, rakyat Palestina juga merasa tak bijaksana untuk mematuhinya," kata Meshal --yang berpusat di ibukota Suriah, Damaskus. Hamas meraih kemenangan mengejutkan dalam pemilihan anggota parlemen 25 Januari di Wilayah Palestina tapi sejak itu telah mendapat tekanan internasional agar mencela kekerasan terhadap Israel. Pekan lalu, Presiden Rusia, Vladimir Putin menyampaikan undangan yang kontroversial kepada Hamas guna mengunjungi Moskow untuk mengadakan pembicaraan mengenai masa depan proses perdamaian, gagasan yang diterima dengan senang hati oleh Hamas -- yang siap membentuk pemerintah mendatang Palestina. (*)
Copyright © ANTARA 2006