Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan perkebunan negara, yakni PTPN IX, PTPN VII, PTPN V, PTPN VII dan PTPN XIII, berencana membangun pabrik ban sepeda motor di Tangerang, Provinsi Banten, dengan nilai investasi Rp123 miliar.
"Rencananya pabrik ini mulai dibangun awal November dan diperkirakan selesai akhir tahun 2012. Sudah ada sindikasi bank BUMN yang bersedia memberi kredit pinjaman, yaitu BRI," ungkap Direktur Utama PTPN IX S. Hartoyo saat ditemui di kantor perwakilan PTPN IX di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan alasan pendirian pabrik ban sepeda motor ini untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan perkebunan BUMN. Selama ini produksi komoditas perkebunan, khususnya karet, hanya sebatas produksi mentahnya saja sehingga kurang memberi nilai tambah bagi pendapatan perseroan.
"Pembangunan pabrik ban itu bertujuan mengembangkan sektor hilir perkebunan karet. Dengan demikian ada nilai tambah bagi komoditas karet yang dihasilkan PTPN," tegas Hartoyo.
Hartoyo juga menerangkan rencana perseroan untuk membangun pabrik sarung tangan karet di Merbuh, Kendal, Jawa Tengah, dengan nilai investasi sekitar Rp30-40 miliar.
Saat ini pihaknya tengah menjajakan pada investor dari Singapura yang sudah menyatakan keinginannya menanamkan modal di pabrik tersebut. "Investor dari Singapura sudah oke," katanya yakin.
Sementara itu, Direktur Komoditas Non-Teh PTPN VIII H. Endhang Rahmat mengatakan dibentuknya perusahaan patungan produksi ban sepeda motor itu sebagai langkah untuk memperkuat modal demi memanfaatkan besarnya peluang bisnis dari produksi ban sepeda motor.
"Produksi dan peredaran sepeda motor belakangan ini begitu melonjak. Kami nilai ini sebagai peluang bagi perluasan pemasaran karet alam dalam bentuk produksi ban," tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian BUMN mendorong PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I hingga XIV agar mempercepat ekspansi hulu dan hilir demi menangkap momentum peningkatan harga dan tingginya permintaan komoditas perkebunan di pasar internasional.
"Kami meminta seluruh BUMN Perkebunan melakukan ekspansi agar kinerja keuangan perseroan makin meningkat," kata Deputi Menteri BUMN Bidang Industri Primer Megananda Daryono.
Menurut Megananda, dengan memadukan ekspansi hulu dan hilir di setiap PTPN, industri minyak sawit nasional diharapkan bisa lebih berkembang. Bahkan Indonesia menjadi produsen komoditas perkebunan terbesar di dunia, khususnya sawit dan karet alam.
Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane mengatakan Indonesia sebaiknya lebih memilih pada pengembangan industri hilir karet dibandingkan dengan ekspor karet mentah ke negara lain. Untuk menyerap pasokan karet Tanah Air, pemerintah perlu mengembangkan industri hilir karet.
Menurut Pane, selama ini pengembangan industri hilir karet terhambat tiga persoalan utama, yakni infrastruktur, energi, dan sumber daya manusia.
"Dari dua jutaan produksi setiap tahun, kami hanya menyerap 400.000-an untuk industri dalam negeri. Hal ini tidak menguntungkan, karena yang kami ekspor bahan baku, dan yang kemudian sebagian diimpor lagi dalam bentuk barang jadi," tandasnya. (IAZ)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011