Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan kekecewaannya terhadap peringkat utang RI yang diberikan lembaga pemeringkat internasional yang dinilainya terlalu rendah dibandingkan dengan negara lain.
"Terus terang sebagai pemerintah saya agak kecewa sebab "rating" (peringkat) kita, yang terlalu rendah dibandingkan dengan kualitas dan posisi kita," katanya dalam rapat kerja dengan komisi XI DPR di Jakarta, Senin.
Selain itu, rating itu juga terlalu rendah dibandingkan negara-negara lain yang faktanya memiliki indikator makro ekonomi yang lebih buruk dibandingkan Indonesia.
Menurut Menkeu, rating yang terlalu rendah itu menyebabkan Indonesia harus membayar biaya pinjaman atau 'cost of borrowing' yang lebih tinggi, apalagi rating Indonesia masih di bawah "investment grade".
"Dengan masih rendahnya rating kita, maka pemerintah lebih memilih meminjam dana lewat jalur bilateral atau multilateral, karena masalah rating tidak terlalu diperhitungkan oleh negara atau lembaga kreditor tersebut," katanya.
Namun demikian, lanjut Menkeu, hal ini menimbulkan dilema karena negara atau lembaga kreditor sering dianggap mendikte atau mengintervensi proyek-proyek yang akan dilakukan pemeirntah.
"Secara politik ini dianggap tidak nyaman, karena mengintervensi kebijakan pemerintah," katanya.
Dengan demikian yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki rating, sehingga pemerintah bisa mencari sumber pembiayaan yang lebih fleksibel dan lebih banyak serta mempunyai posisi tawar yang lebih baik didepan kreditor.
"Kita bisa memilih sumber pendanaan yang paling rendah risikonya dan tidak mengorbankan kebijakan dan tujuan pembangunan kita," katanya.
Peringkat utang Indonesia oleh lembaga-lembaga rating internasional, seperti Standard & Poors, Moody`s dan Fitch masih tiga tingkat di bawah `invesment grade`.
Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings, Senin, menyatakan telah menurunkan prospek peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi stabil dari sebelumnya positif menyusul adanya risiko dari neraca eksternal.
Fitch menegaskan peringkat "BB-" untuk peringkat penerbitan surat utang dalam mata uang asing dan lokal yang gagal bayar. Fitch juga menegaskan peringkat "B" untuk utang jangka pendek Indonesia yang gagal bayar dan "country ceiling" BB-.
Sementara itu, sebelumnya pada Jumat (10/2) lembaga pemeringkat internasional Standard & Poors (S&P) justru meningkatkan prospek peringkat utang pemerintah Indonesia dari stabil menjadi positif dan menegaskan kembali peringkat utang Indonesia tetap dalam valuta asing "B+/B" dan dalam mata uang lokal "BB/B".
"Revisi prospek ini dilakukan memperhitungkan adanya kebijakan lebih baik yang dibuat di tengah sejumlah penyesuaian signifikan dalam kebijakan moneter dan fiskal dan diharapkan langkah ini akan memperbaiki defisit dan rasio utang di waktu mendatang," kata Agost Benard, analis kredit S&P. (*)
Copyright © ANTARA 2006