Penyakit ini bisa menyerang organ paru atau di luar paru seperti otak, tulang, mata, perut, ginjal hingga usus

Purwokerto (ANTARA) - Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jawa Tengah dr. Indah Rahmawati, Sp.P mengingatkan bahwa sosialisasi mengenai penyakit tuberkulosis (TB) harus terus ditingkatkan guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat.

"Momentum Hari Tuberkulosis Sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret menjadi momentum yang tepat untuk makin menggencarkan lagi sosialisasi mengenai tuberkulosis," katanya melalui wawancara virtual dengan ANTARA yang diakses di Purwokerto, Kamis.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto itu menjelaskan bahwa tuberkulosis adalah penyakit yang ditularkan oleh kuman atau bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang dapat menular melalui udara.

Baca juga: Kemenkes upayakan tambahan 5.000 lulusan dokter setiap tahun

"Penyakit ini bisa menyerang organ paru atau di luar paru seperti otak, tulang, mata, perut, ginjal hingga usus," katanya.

Seorang penderita tuberkulosis, kata dia, dapat menjadi sumber penularan apabila bicara, batuk atau bersin karena dapat mengeluarkan kuman dan tersebar ke udara.

"Seseorang di sekitarnya dapat mudah tertular apabila daya tahan tubuhnya sedang turun," katanya.

Walaupun sangat menular, kata dia, tetapi penyakit tuberkulosis sangat mudah disembuhkan asal minum obat teratur sesuai program.

Baca juga: Dokter: Tenaga medis harus mampu bedakan penyebab stroke

"Lama terapi obat sekitar 6-9 bulan tergantung jenis kasus tuberkulosisnya, selama terapi obat pasien harus berkomitmen dan memiliki kepatuhan yang tinggi untuk minum obat. Untuk keamanan pengobatan biasanya sebelumnya diperiksa di laboratorium untuk mengecek fungsi hati," katanya.

Menurut dokter yang praktik di sejumlah RS di Purwokerto itu, masyarakat harus memahami bahwa TB walaupun menular namun bisa disembuhkan dengan komitmen yang kuat.

"Efek samping obat yang bisa terjadi dan harus diwaspadai selama pasien menjalani pengobatan di antaranya adalah mual, muntah, gatal, kesemutan dan nyeri sendi karena asam urat meningkat," katanya.

Baca juga: Polres Banjarnegara gelar Program Keroyok Vaksin

Efek samping tersebut, kata dia, bisa terjadi ringan sampai berat. Jika terjadi efek samping berat maka ada beberapa macam obat yang harus dihentikan dan diganti obat yang lain.

"TB bukan penyakit kutukan, walaupun TB merupakan penyakit menular tetapi mudah dicegah dan juga disembuhkan. Mencegah penularan sama dengan pencegahan COVID-19 yakni etika batuk yang benar, memakai masker dan mencuci tangan," katanya.

Selain memakai masker, kata dia, penderita TB juga perlu mengonsumsi makanan bergizi dan istirahat cukup.

Baca juga: BPJS Kesehatan sorot distribusi dokter pada Muktamar IDI XXXI

"Selain itu, patuhi aturan minum obat, bila ada keluhan selama pengobatan harus disampaikan agar berjalan nyaman dan aman," katanya.

Indah juga mengingatkan perlunya ventilasi yang memadai agar sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah.

"Jika ada salah satu anggota keluarga menderita penyakit TB maka segera periksakan anggota keluarga yang serumah dan yang kontak erat untuk memotong rantai penularan TB," katanya.

Sementara itu dia juga mengatakan bahwa tema Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 adalah "Invest to end TB, save lives" dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak tuberkulosis terhadap kesehatan, sosial, ekonomi dan meningkatkan upaya-upaya untuk mengakhiri secara global.

Baca juga: Ketua Umum IDI: Dokter Indonesia butuh "branding" dari pemerintah

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022